Perjuangan para buruh untuk memperbaiki kondisi hidup masih menemui jalan berliku. Kenyataan memperlihatkan, payung hukum yang ada belum sepenuhnya berpihak pada kepentingan mereka. Upaya buruh memperjuangkan nasib melalui jalur politik juga belum memenuhi harapan.
Dalam sejarah politik di Indonesia,
partai politik yang mengklaim berbasis buruh belum meraih dukungan signifikan,
bahkan keberadaannya cenderung menurun. Pada Pemilu 1999 terdapat empat parpol
berbasis buruh, yakni Partai Solidaritas Pekerja, Partai Buruh Nasional, Partai
Solidaritas Pekerja Seluruh Indonesia, dan Partai Pekerja Indonesia. Dalam
Pemilu 2004 hanya ada satu parpol, yakni Partai Buruh Sosial Demokrat. Partai
ini berubah nama menjadi Partai Buruh pada Pemilu 2009.
Selain Partai Buruh, pada pemilu
tiga tahun lalu itu juga terdapat Partai Pengusaha dan Pekerja Indonesia
sebagai parpol yang khusus memperjuangkan isu perburuhan dan ketenagakerjaan.
Namun, dalam tiga kali Pemilu, partai-partai
itu hanya meraih dukungan suara kurang dari 1 persen. Dukungan minim tersebut
menunjukkan, parpol berbasis buruh belum mampu menyuarakan kepentingan
konstituennya.
Miris kalau saya baca
berita-berita di media mengenai konflik ini, secara politis
aspirasi golongan pekerja ini memang tidak significant, beberapa periode
pemilu beberapa partai mengatas namakan kaum pekerja bisa saya katakan
tenggelam di antara pemain lama. Anda ingin tau kenapa ? jawabannya bahwa
sektor ekonomi formal hanya menarik 30% angkatan kerja, dan 70% bekerja di
sektor informal ( Bird dan Suharyadi, 2002; Basri, 2008 ),
bahkan dari total 30% pun itu belum secara utuh masuk ke dalam satu wadah
partai. Bukan rahasia lagi, UU No.21 tahun 2000 tentang
Kebebasan berserikat di Indonesia, selain menjadi anugerah, undang-undang
ini menjadi bencana karena buruh terpecah-pecah dalam berbagai serikat
yang tentu saja akan menyulitkan saat menkonsolidasikan kekuatan.
SOLUSI
MANAJERIAL INTERNAL PERUSAHAAN
Jalan keluar dari sudut pandang
supra struktural/makro/negara/kebijakan pemerintah sangat sulit
diharapkan hasil yang optimal, hampir di semua periode kepemimpinan di
Indonesia, kita mengalami kondisi ini. Saya melihat, dengan kembali
ke perusahaan dan memperbaiki kondisi ini dari dalam, akan memberikan hasil
yang efektif, lagi pula jika ini dilakukan oleh perusahaan-perusahaan
lain, toh akan berefek makro juga kan, Cuma bedanya lebih bersifat Bottom-Up.
Hipotesa saya, Penyebab
konflik industrial dikarenakan management perusahaan ( Manager dan Direksi
) menerapkan strategi management yang tidak tepat.
Ada 3 pilar utama dalam
perusahaan, yaitu Marketing, Operation, dan Finance.
Laporan Keuangan perusahaan
memberikan gambaran yang sangat jelas mengenai kinerja dan mendeteksi
masalah dari ketiga fungsi utama ini.
Pertama Laporan Keuangan yang
berasal dari laporan Rugi Laba / Income Statement . Laporan ini untuk
mengetahui plus minus kegiatan operasional perusahaan, mulai dari nilai
penjualan ( kinerja marketing ) , Harga pokok produksi ( kinerja
operation ), dan biaya-biaya lain ( Kinerja Marketing, operation )
Kedua
laporan Keuangan berdasarkan Laporan Neraca / Balance Sheet. Yang didapat dari
laporan Neraca ini yaitu ; Baik buruknya pengelolaan asset, perbandingan
modal kerja dan modal operasional dibandingkan dengan investasi, jumlah hutang,
besar hasil pengelolaan modal kerja, dan jumlah kas sisa yang
dimiliki ( Pramono, P.R, 2007, Membedah laporan Keuangan,
PT. Gramedia, Jakarta, hal. 57 ).
Apapun pencapaian kinerja perusahaan, management wajib mengkomunikasikan dengan tepat pada seluruh
karyawan hingga karyawan memahami strategi perusahaan. Bukan berarti
pencapaian profit yang tinggi, berdampak langsung pada naiknya
besaran gaji. Jika share holder/pemilik saham, memutuskan untuk
menjadikan profit sebagai modal, ini merupakan wewenang pemilik
saham. Tentunya dasar pertimbangan seperti ekspansi, trendpasar, kondisi
perekonomian, dll harus bisa dikomunikasikan tentunya dengan bahasa yang
mudah dipahami. Jelas untuk menangani kondisi ini, perusahaan harus
memiliki team yang terdiri dari orang-orang yang tidak memiliki masalah
komunikasi.