KOPERASI SIMPAN PINJAM
Koperasi Simpan Pinjam adalah koperasi yang bergerak di bidang simpanan dan pinjaman.
Sejarah Singkat koperasi simpan pinjam
Koperasi Simpan Pinjam Jasa dididirikan oleh para pengusaha kecil dan menengah pada dekade 1970-an yang memberi solusi dalam mengatasi kesulitan untuk mendapatkan bantuan permodalan, karena pada umumnya mereka mengelola usahanya secara tradisional.
Untuk menanggulangi kesulitan tersebut pada tanggal 13 Desember 1973 di kediaman Bapak H.A.Djunaid (Alm) seorang Tokoh Koperasi Nasional, diadakan pertemuan yang terdiri dari tokoh masyarakat dari ketiga etnis : pribumi, keturunan china dan keturunan arab. Mereka sepakat membentuk koperasi yang usahanya dalam bidang simpan pinjam. Dan atas dasar kesepakatan, koperasi tersebut diberi nama JASA dengan harapan agar dapat memberikan jasa dan manfaat bagi anggota,gerakan koperasi, masyarakat, lingkungan dan pemerintah.
Sejak berdiri sampai sekarang mengikutsertakan secara aktif semua pihak dan golongan tanpa membedakan suku,ras,golongan dan agama semata-mata hanya untuk bersatu padu dalam hidup berdampingan untuk memecahkan masalah di bidang ekonomi secara bersama-sama dalam satu wadah koperasi. Untuk itulah Koperasi Simpan Pinjam Jasa mendapat predikat Koperasi Kesatuan Bangsa.
VISI MISI KOPERASI SIMPAN PINJAM
1) VISI
- Terwujudnya Koperasi Simpan Pinjam yang mandiri dan tangguh dengan berlandaskan amanah dalam membangun ekonomi bersama dan berkeadilan di Indonesia.
2) MISI
Upaya untuk mewujudkan VISI, Koperasi Simpan Pinjam Jasa melakukan aktifitas sebagai berikut :
a. Mengajak seluruh potensi yang ada dalam masyarakat dengan tanpa membedakan suku,ras,golongan dan agama, agar mereka dapat bersama -sama, bersatu padu dan beritikad baik dalam membangun ekonomi kerakyatan secara bergotong royong dalam bentuk koperasi.
b. Membantu para pedagang kecil dan menengah didalam mobilisasi permodalan demi kelancaran usaha sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan mereka.
c. Turut membantu pembangunan ekonomi dan menunjang pelaksanaan kegiatan usaha secara aktif dengan mengajak mitra usaha lainnya baik BUMN,swasta, perbankan maupun gerakan koperasi lainnya.
Manajemen koperasi simpan pinjam
Koperasi Simpan Pinjam Jasa sejak berdiri telah menerapkan manajerial sistem. Rapat anggota sebagai kekuasaan tertinggi memilih pengurus dan pengawas dari anggota untuk masa jabatan 5 tahun dengan formasi ketiga etnis yang ada. Pengurus bertindak sbegai policy maker dan pengawas operasional serta hal-hal yang berhubungan dengan segi organisasi koperasi. Dalam aktifitasnya beberapa pengurus ditunjuk sebagai supervisi sesuai dengan sistem operasional yang ada.
Operasional sehari –hari dipegang / dikuasakan kepada Kepala Divisi, yang terdiri dari : Kepala Divisi Pengelolaan Dana, Kepala Divisi Operasional dan Pemasaran, Kepala Divisi Pinjaman dan Kepala Divisi Pengawasan dengan dibantu oleh Kepala Bagian Kantor Pusat dan pimpinan cabang beserta staf-staf. Untuk mengefektifkan kerja telah diangkat asisten pengurus.
Manajemen setiap bulan mengadakan rapat pleno untuk mengevaluasi kerja bulan yang telah lalu dan menetapkan kebijakan - kebijakan yang akan ditempuh pada bulan mendatang. Sistem pengawasan intern dilakukan oleh divisi pengawasan yang dibantu oleh beberapa inspektur bidang, sedangkan di tingkat kantor cabang dibentuk internal control unit (ICU).
Pembinaan Usaha Anggota Koperasi Simpan Pinjam
Pembinaan terhadap anggota dilakukan dalam pertemuan dengan para anggota secara berkesinambungan dan bergantian di kantor-kantor cabang. Demikian pula pembinaan anggota dilakukan secara efektif pada moment pembukaan tabungan SAFARI (SAdar manFAat kopeRasI) yang diadakan 1 (satu) bulan sekali secara berpindah-pindah dan tabungan PUNDI ARTA JASA baik di kantor cabang Koperasi Simpan Pinjam Jasa maupun di daerah wisata, yang merupakan forum tatap muka antar anggota dengan pengelola Koperasi Simpan Pinjam Jasa. Forum ini dapat dimanfaatkan oleh anggota yang mempunyai keterkaitan usaha satu sama lainya, disamping sebagai salah satu sarana promosi bagi produk-produk Koperasi Simpan Pinjam Jasa.
Pembinaan usaha anggota dilakukan pula melalui penerbitan direktori bisnis anggota Kospin Jasa, yang merupakan promosi produk usaha anggota baik kepada sesama anggota maupun mitra usaha, disamping penerbitan majalah MASA sebagai media informasi dan komunikasi usaha kecil dan menengah serta ekonomi syari’ah. Dan bagi anggota yang memiliki produk unggulan dapat lebih memperluas jaringan pemasarannya melalui website : www.kospinjasa.com
Perkembangan Usaha koperasi simpan pinjam
Usaha Koperasi Simpan Pinjam Jasa selalu berkembang sejalan dengan perkembangan usaha anggota. Hal ini tidak lepas dari sistem penerimaan anggota yang cukup selektif, dengan harapan menghasilkan anggota yang berpartisipasi aktif dalam menunjang segala usaha Koperasi Simpan Pinjam Jasa.
Selektifitas penerimaan anggota juga dilakukan dengan pertimbangan agar kemampuan Koperasi Simpan Pinjam Jasa baik dalam permodalan,sarana dan sumber daya manusianya dapat seimbang dengan perkembangan jumlah anggota sehingga pelayanan kepada anggota dapat maksimal.
Adanya kerjasama yang baik dan kepercayaan penuh dari masyarakat umum terhadap segala bentuk pelayanan Koperasi Simpan Pinjam Jasa, sehingga dapat tercapai perkembangan usaha yang dicita-citakan bersama. Berikut tabel perkembangan usaha Kospin Jasa dari tahun 1997-2008
No Akhir Tahun Simpanan (Rp) Pinjaman (Rp) Asset (Rp)
1 1997 74.158.634 57.389.131 82.021.576
2 1998 84.718.357 44.398.632 96.994.242
3 1999 122.207.481 51.067.862 138.906.611
4 2000 162.372.952 139.329.756 197.017.759
5 2001 246.987.395 219.805.793 274.330.507
6 2002 365.430.278 301.186.330 405.690.505
7 2003 525.115.905 405.348.148 572.609.750
8 2004 673.645.499 603.256.834 731.848.850
9 2005 812.072.392 757.221.331 882.885.271
10 2006 978.349.730 840.801.424 1.054.801.783
11 2007 1.064.828.607 910.400.592 1.161.056.440
12 2008 1.120.681.541 1.069.183.101 1.245.743.567
*) dalam ribuan
Kiat-Kiat Keberhasilan koperasi simpan pinjam
Mengutip dari pakar yang telah mengadakan penelitian di Koperasi Simpan Pinjam Jasa, baik oleh Bapak Dr.H.Masngudi, Bapak Dr.H.Mardjani maupun lembaga peneliti lainnya, menyimpulkan keberhasilan Koperasi Simpan Pinjam Jasa disebabkan faktor-faktor sebagai berikut :
1. Figur dan kharisma para pendiri.
2. Perekrutan figure tokoh masyarakat yang berpengaruh dalam lingkungan business dalam menentukan formasi kepengurusan (manajemen).
3. Penerapan manajemen yang terbuka dan rasional.
4. Seleksi yang ketat dalam penerimaan anggota, sehingga mewujudkan anggota yang berpartisipasi aktif dalam segala bentuk kegiatan usaha Koperasi Simpan Pinjam Jasa.
5. Mendekatkan lokasi layanan pada sentra-sentra perdagangan para anggota.
6. mengikutsertakan semua pihak dan golongan tanpa membedakan suku, ras, golongan dan agama sehingga dengan kesadarannya tercipta sense of belonging baik dari tingkat anggota dan para pengelolanya.
7. performance / penampilan perkantoran yang cukup memadai yang menumbuhkan kepercayaan dengan dukungan sarana dan prasarana yang dapat mempercepat pelayanan.
8. Berjalannya pengkaderan dari kalangan tua yang memberikan kerpercyaaan / kesempatan kepada yang muda.
9. Sense of business diantara pengelola, sehingga dapat mengutamakan ketepatan dan kecepatan layanan.
10. Dukungan yang penuh dari masyarakat lingkungan daqn pemerintah.
Penyertaan
1. Pendiri dan Anggota Koperasi Jasa Audit Jawa Tengah
2. Pendiri Koperasi Asuransi Jiwa Indonesia
3. Anggota Koperasi Pembiayaan Indonesia
4. Pemegang Saham Bank Bukopin
5. Pendiri dan Anggota Induk Koperasi Simpan Pinjam
Prestasi
1. Koperasi Terbaik Tingkat Nasional Tahun 1981
2. Koperasi Teladan Tingkat Nasional Tahun 1982 - 1986
3. Koperasi Teladan Utama Tingkat Nasional Tahun 1987 - sekarang
4. Koperasi Inti Jawa Tengah
Jumat, 24 Desember 2010
Sabtu, 09 Oktober 2010
TUGAS SOFTSKILL EKONOMI KOPERASI
KAJIAN MODEL PENGELOLAAN KOPERASI
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan peternakan mengemban misi penyediaan pangan hasil
ternak yang berkualitas, meningkatkan pendapatan peternak dan menyediakan
lapangan kerja dengan memanfaatkan sumberdaya peternakan secara optimal.
Propinsi Jawa Barat merupakan daerah yang berpotensi untuk pengembangan
peternakan karena selain iklim dan topografinya yang mendukung juga dekat
dengan pusat pemasaran hasil ternak. Salah satu komoditas peternakan Propinsi
Jawa Barat yang menjadi unggulan adalah komoditas sapi perah.
Usaha peternakan sapi perah di Propinsi Jawa Barat terbagi menjadi dua
tipe usaha, yaitu usaha peternakan rakyat dan industri peternakan. Saat ini
sebagian besar usaha peternakan sapi perah dikelola oleh peternakan sapi perah
rakyat dengan skala kepemilikan ternak yang relatif kecil. Selain itu, tingkat
produktivitas dari usaha peternakan rakyat relatif masih rendah yang disebakan
oleh faktor manajemen, pemberian pakan, dan perbibitan yang relatif masih
rendah.
Seiring dengan digulirkannya ekonomi kerakyatan dan optimalisasi
sumberdaya lokal, peternakan rakyat harus mampu bangkit dan menjadi usaha
yang tangguh dan mandiri. Untuk itu diperlukan upaya peningkatan produktivitas
dan efisiensi usaha peternakan melalui peningkatan keterampilan teknis,
manajemen usaha dan penguasaan teknologi serta penyempurnaan
kelembagaan secara keseluruhan.
Peningkatan produktivitas ternak dilaksanakan melalui peningkatan skala
usaha yang diikuti oleh penggunaan alat dan mesin (alsin) yang tepat guna agar
pencapaian tujuan peningkatan produksi dapat tercapai. Penggunaan alsinnak
untuk usaha peternakan sapi perah, diperlukan dalam semua proses produksi,
yaitu pra produksi, produksi, panen, pasca panen (pengolahan hasil), dan
distribusi. Akan tetapi, penggunaan alsin pada usaha peternakan rakyat masih
sangat terbatas. Di samping itu, penggunaan alsin tersebut berdampak pada
besarnya biaya yang harus dikeluarkan peternak untuk pembelian alsin tersebut
sehingga menyebabkan peternak cenderung lebih menyukai peralatan yang
sederhana yang tidak mengeluarkan biaya yang besar.
Seperti kita ketahui bahwa tujuan penggunaan alsin adalah untuk efisien
usaha dan meningkatan produktivitas sekaligus pendapatan peternak, maka perlu
diupayakan suatu kelembagaan usaha yang dapat memberikan pelayanan alsin
dalam bentuk Unit Pelayanan Jasa dan Alat Mesin (UPJA) dengan biaya yang
dapat dijangkau oleh peternak atau kelompok peternak dengan tidak mengurangi
efisiensi alsin tersebut. Namun sampai saat ini pelayanan jasa tersebut masih
beragam, oleh karena itu diperlukan metode dan sistem atau model yang tepat,
lebih efektif dan efisien.
Salah satu upaya untuk mengetahui hal tersebut, maka Dinas Peternakan
Propinsi Jawa Barat bekerjasama dengan Fakultas Peternakan Universtitas
Padjadjaran akan melaksanakan kajian tentang Pengembangan Model UPJA
Alsinnak (Unit Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Peternakan) di Jawa Barat, pada
usaha peternakan sapi perah.
1.2. Masalah
Permasalahan yang dapat diidentifikasi untuk UPJA Alsinnak ini adalah
bagaimana metode dan sistem atau model UPJA yang tepat dan efisien serta
sesuai bagi kelompok peternak di Jawa Barat khususnya untuk komoditas sapi
perah.
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud pengkajian ini adalah untuk menghasilkan rumusan
pengembangan UPJA Peternakan komoditi sapi perah di Jawa Barat. Adapun
tujuannya adalah:
1. Dihasilkannya rumusan model Unit Pelayanan Jasa Alsin Sapi Perah di Jawa
Barat
2. Memberikan gambaran mengenai Unit Pelayanan Jasa Alsin Sapi Perah yang
sesuai bagi kelompok peternak.
1.4. Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan kajian pengembangan Model UPJA peternakan
sapi perah meliputi kegiatan pengamatan, pemantauan, masukan dari pihak
terkait, yaitu universitas, KTNA, industri pengolahan susu, distributor alsin dan
bengkel yang mendukung pembangunan peternakan. Selain itu, diharapkan juga
dapat membantu menciptakan rekomendasi kebijakan dalam memecahkan
masalah bidang usaha peternakan yang lebih efisien dan efektif paa
pembangunan agribisnis.
1.5. Keluaran yang Dihasilkan
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah didapatkannya
rekomendasi, masukan dan saran untuk pembentukan Model UPJA peternakan
sapi perah yang sesuai bagi KUD dan kelompok peternak sapi perah sehingga
efisiensi penggunaan alsin dapat terlaksana dengan biaya yang terjangkau oleh
peternak. II
KERANGKA PEMIKIRAN
Kebijakan pemerintah Kabinet Gotong Royong membangun sistem dan
usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan berkelanjutan dan
desentralisasi, mekanisasi dan intensifikasi pertanian termasuk peternakan masih
mutlak diperlukan. Pada dasarnya kebijakan tersebut mengkondisikan terjadinya
sinergi antar segmen agribisnis dalam suatu sistem agribisnis yang pada
gilirannya akan memberikan pengaruh yang signifikan bagi peningkatan
kesejahteraan masarakat perdesaan.
Sebagai core bisnis andalah Jawa Barat, keberhasilan pembangunan
usaha peternakan sapi perah akan berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi
regional. Oleh karena itu pengembangan komoditas sapi perah harus mampu
menghasilkan komoditas yang unggul, baik keunggulan komparatif maupun
kompetitif. Potensi untuk meraih keunggulan tersebut sudah tersedia, terutama
dukungan berasal dari endowment factor yaitu sumberdaya lokal (local resources
base) dan sumberdaya manusia (human resources).
Sistem agribisnis pada komoditas sapi perah dibangun berdasarkan
sistem vertical integration, yaitu antar pelaku agribisnis satu sama lain saling
tergantung pada produk susu. Produksi susu hasil peternakan rakyat sebagian
besar disalurkan ke Koperasi/KUD persusuan yang kemudian di pasarkan kepada
Industri Pengolah Susu. Koperasi memberikan pelayanan kepada peternak
sebagai anggotanya, berupa pemasaran hasil produksinya juga melayani
kebutuhan konsentrat, obat-obatan, IB, memberikan fasilitas penyaluran kredit,
dan memberikan pelayanan penyuluhan.
Pada kenyataannya usaha peternakan sapi perah rakyat ini dihadapkan
dalam dua masalah besar, yaitu masalah zooteknik dalam menghadapi pasar
global serta masalah kelembagaan sosial ekonomi yang kurang mendukung
terhadap kinerja usahanya. Kedua aspek tersebut, seperti lingkaran setan yang
saling berkaitan sehingga mengakibatkan perkembangan usaha peternakan
rakyat dalam kurun waktu dua puluh tahun ini seperti jalan di tempat.
bisnis persusuan di Jawa Barat tidak akan berhasil sebagaimana yang
diharapkan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa usaha peternakan sapi perah rakyat di
Propinsi Jawa Barat lebih mendominasi daripada industri peternakan, sehingga
peningkatan produktivitas dan produksi menjadi tunjuan utama bagi peternak.
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas dari usaha
peternakan rakyat adalah melalui penggunaan alat dan mesin peternakan
(Alsinnak). Pemanfaatan Alsinnak secara intensif telah dapat diwujudkan pada
tingkat usaha yang bercorak industri. Pada peternakan rakyat yang umumnya
masih bersifat sambilan dengan skala usaha yang relatif kecil, Alsinnak belum
intensif pemanfaatannya. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya biaya yang
harus dikeluarkan peternak untuk penggunaan Alsinnak tersebut. Oleh karena itu,
para peternak lebih banyak menggunakan peralatan yang sederhana dan
tradisional karena tidak memakan biaya besar.
Salah satu terobosan untuk menerapkan mekanisasi pada peternakan
rakyat adalah dengan peunumbuhan dan pengembangan usaha jasa Alsinnak
melalui menumbuh kembangkan kelembagaan UPJA serta kelembagaan terkait
dalam pengembangan Alsinnak tersebut. UPJA Peternakan didefinisikan sebagai
perorangan atau kelompok yang usahanya menyewakan alat dan mesin
peternakan dengan tujuan mendapat penghasilan dan keuntungan
Ilustrasi II-2. Skema Sistem Kelembagaan Terkait Dalam
Pengembangan UPJA Alsinnak
Secara khusus arah pengembangan dari UPJA Peternakan adalah untuk
meningkatkan peran swasta dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan
Alsinnak dan menumbuhkan serta memperkuat kelembagaan terkait lainnya. Di
dalam sistem UPJA Alsinnak terdapat lima subsistem yang membentuk hubungan
kemitraan dan berinteraksi satu sama lainnya. Sebetulnya bila
dikaitkan dengan usaha peternakan sapi perah, ke lima subsistem tersebut telah
terbangun, tinggal mengkondisikan agar ke lima subsistem tersebut berinteraksi
satu sama lain. Seperti yang telah dijelaskan dimuka bahwa kelima subsistem
dapat berjalan dengan baik bila terjadi interaksi diantara kelima subsistem
tersebut. Interaksi dapat terjadi apabila ada saling ketergantungan dan kebutuhan
antara kelima subsistem tersebut.
III
METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pendekatan
Inovasi UPJA Alsinnak pada komoditas peternakan sapi perah masih perlu
dikaji kembali terutama apakah keberadaan UPJA Alsinnak tersebut dapat
memberikan nilai manfaat bagi para peternak atau tidak. Selain itu, kajian ini
diperlukan untuk mengetahui tingkat kebutuhan peternak terhadap penggunaan
Alsinnak dan model UPJA Alsinnak yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
dari para peternak.
Analisa Hasil
Perumusan
Rekomendasi
Kerangka pendekatan untuk kegiatan ini dimulai dari studi pustaka yang
berkaitan dengan program bantuan terhadap pengadaan peralatan dan mesin
peternakan untuk budidaya sapi perah. Studi ini diperlukan sebagai bahan
pembanding untuk menentukan model atau kondisi alsin yang diperlukan oleh
peternak sapi perah. Kemudian dilakukan survei terhadap lokasi terpilih dengan
reponden, yaitu lembaga KUD dan kelompok peternak guna memperoleh
informasi terhadap penggunaan alsin yang sedang atau sedang dilaksanakan.
Selanjutnya dilakukan analisa terhadap hasil survei guna memperoleh
rekomendasi model UPJA yang terbaik bagi usaha peternakan sapi perah.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam kegiatan studi ini terdiri dari data primer dan data
sekunder baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data sekunder diperoleh
dari Dinas Peternakan Propinsi dan Dinas atau Sub Dinas Peternakan Kabupaten
serta data-data lain yang berkaitan dengan kegiatan UPJA Alsinnak. Sedangkan
data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lokasi terpilih untuk
kepentingan justifikasi dan validasi. Data primer tersebut diperoleh dari hasil
pelaksanaan survei dengan menggunakan kuesioner, focus group discussion, dan
depth interview (wawancara mendalam) terhadap target sasaran.
3.3. Objek Kajian
Objek kajian dari penelitian ini adalah kelompok peternak pengguna
Alsinnak pada usaha sapi perah. Selain itu, kajian dilakukan terhadap lembaga
atau stakeholder yang terkait dengan pengembangan sistem UPJA Alsinnak,
seperti KUD.
3.4. Pemilihan Lokasi Kajian
Lokasi kabupaten yang dipilih adalah wilayah pengembangan ternak sapi
perah di Jawa Barat dengan jumlah populasi ternak yang terbesar. Adapun KUD
dan kelompok peternak yang dijadikan sampel dipilih secara sengaja per
kabupatennya. Lokasi-lokasi yang menjadi objek kajian adalah Kabupaten Bogor
(KUD Giri Tani dan KPS Bogor), Kabupaten Sukabumi (KPS Gunung Gede),
Kabupaten Kuningan (KUD Dewi Sri dan KUD Karya Nugraha), Kabupaten
Bandung (KPBS dan KPSBU), Kabupaten Sumedang (KUD Tanjungsari), dan
Kabupaten Garut (KUD Bayongbong dan KUD Cikajang).
3.5. Penentuan Responden
Penentuan sampel responden berdasarkan pertimbangan, yaitu di mana
responden yang menjadi objek penelitian adalah responden atau kelompok
peternak yang menjadi anggota KUD dan pengurus dari KUD. Teknik yang
dilakukan untuk memperoleh data dari responden peternak tersebut dilakukan
wawancara dengan menggunakan bantuan kuesioner, focus group discussion,
dan wawancara mendalam (depth interview). Wawancara mendalam dilakukan
untuk memperoleh informasi yang lebih detail terhadap kebutuhan peternak atau
kelompok ternak terhadap alsin. Selain itu, wawancara mendalam juga dilakukan
terhadap pengurus KUD untuk melihat upaya-upaya yang dilakukan untuk dalam
meningkatkan produktivitas anggotanya terutama dalam penggunaan alsin.
IV
KONSEP DASAR UPJA PETERNAKAN SAPI PERAH
4.1. Konsep Program
Secara umum kosep dasar dari Unit Pelayanan Jasa Alat dan Mesin
Peternakan (UPJA Peternakan) adalah sebagai perorangan atau kelompok yang
usahanya menyewaka alat dan mesin peternakan dengan tujuan mendapatkan
penghasilan dan keuntungan.Adapun status
UPJA Peternakan adalah sebagai lembaga ekonomi pedesaan di luar usahatani
yang melaksanakan upaya optimalisasi pemanfaatan alsin peternakan melalui
pelayanan jasa alsin peternakan guna mendapatkan keungtungan usaha yang
dikelola berdasarkan skala ekonomi, berorientasi pasar serta didukung oleh SDM
yang bekerja secara profesional. Secara umum arah penumbuhan dan
pengembangan UPJA Peternakan adalah untuk memberi dukungan bagi
pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan,
berkelanjutan dan desentralisasi melalui pembangunan sistem dan usaha
agribisnis peternakan yang diharapkan dapat mendorong usaha peternakan skala
kecil menjadi usaha yang bercorak industri. Secara khusus arah penumbuhan dan
pengembangan adalah untuk meningkatkan peran swasta dan partisipasi
masyarakat dalam pengembangan alsin peternakan yang diharapkan dapat
memberikan dampak bagi optimalisasi pemanfaatan alsin peternakan. Selain itu,
UPJA tersebut dapat mendorong penumbuhan dan perkuatan kelembagaan yang
terkait dengan UPJA Peternakan.
Penerapan konsep pengembangan alsin sapi perah berawal dari titik
permasalahan sebagai berikut, yaitu:
1. Skala usaha. Sebagian besar usaha peternakan sapi perah dikelola oleh
peternak rakyat dengan skala kepemilikan ternak yang relatif kecil. Selain itu,
pengelolaan usaha dilakukan secara tradisional sehingga kebersihan
lingkungan kandang dan peralatan sering kurang diperhatikan yang dapat
berdampak pada rendahnya kualitas susu.
2. Penerapan teknologi. Penguasaan dan penerapan teknologi dalam proses
penanganan susu, seperti penerapan alsin untuk penanganan, pengolahan,
pengemasan, distribusi, transportasi, dan pengolahan, belum mampu
dilakukan oleh peternakan rakyat. Peternakan rakyat hanya menangani
perlakuan sebelum pemerahan, waktu pemerahan, dan setelah pemerahan
sampai susu tersebut didistribusikan ke koperasi atau industri pengolah susu.
Oleh karena itu, tingkat hygienis dan sanitasi menjadi perhatian bagi
peternakan rakyat.
3. Penyediaan dan penerapan alat dan mesin. Sampai saat ini, penyediaan
dan pemanfaatan alsin pada usaha sapi perah rakyat masih sangat terbatas,
baik pada tingkat peternak, TPS, maupun KUD karena beberapa alsin yang
digunakan masih diimpor dari luar, seperti milk can, cooling unit, mesin
pemerah susu, dan sebagainya.
4. Jaringan Pemasaran dan Harga Susu. Selama ini, sebagian besar (95%)
pemasaran susu dari peternak masih tergantung pada koperasi dan koperasi
masih tergantung pada industri pengolahan susu. Pemasaran susu langsung
oleh peternak dan koperasi ke konsumen masih sangat terbatas, itupun hanya
pada segmen konsumen rumah tangga. Oleh karena itu, harga susu belum
dapat ditetapkan secara layak dan masih dikontrol oleh industri pengolahan
susu. Kesempatan untuk melakukan pemasaran langsung oleh peternak dan
koperasi ke konsumen sebenarnya masih terbuka lebar karena industri
-
pengolahan susu masih mengandalkan susu impor. Oleh karena itu perbaikan
kualitas susu dari peternak menjadi syarat utama agar susunya dapat
bersaing dengan susu impor.
5. Pembiayaan. Peternak masih kesulitan mendapatkan akses pendanaan
melalui kredit ke perbankan karena belum adanya kepercayaan dari
perbankan kepada peternak dalam hal pengembalian dana pinjaman.
4.2. Kelembagaan UPJA
Sistem UPJA Peternakan Sapi Perah terdapat lima subsistem yang
membentuk hubungan kemitraan yang saling berinteraksi satu sama lainnya
(seperti terlihat pada Ilustrasi II-2 bab sebelumnya). Kelembagaan masing-masing
subsistem tersebut adalah sebagai berikut:
1. Subsistem unit pelayanan jasa alsin peternakan (UPJA). Kelembagaan ini
yang menyediakan dan memberikan pelayanan alsin bagi pengguna, seperti
koperasi.
2. Subsistem penyediaan alsin peternakan. Kelembagaan ini berfungsi sebagai
penyedia alsin peternakan, suku cadang, dan jasa perbaikan kepada
subsistem unit pelayanan jasa alsin, seperti produsen alsin, perbengkelan,
dan penyalur alsin.
3. Subsistem pengguna jasa alsin. Kelembagaan ini berfungsi sebagai
pengguna atau pemakai alsin yang dapat dioptimalkan untuk peningkatan
produksi dan kualitas produknya. Upaya tersebut dapat diwujudkan melalui
kerjasama dengan UPJA secara kelompok.
4. Subsistem permodalan. Kelembagaan ini berperan sebagai penyedia modal
bagi seluruh subsistem UPJA, seperti perbankan, dan lembaga non
perbankan.
5. Subsistem pembinaan dan pengendalian. Kelembagaan ini berperan dalam
membina dan mengendalikan subsistem yang telah terbentuk agar kegiatan
dalam seluruh subsistem tersebut dapat berjalan sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Dalam hal ini lembaga yang berperan dalam subsistem ini
adalah aparatur pemerintah dari pusat sampai daerah, terutama dinas
peternakan dan instansi lainnya yang terkait.
Diharapkan kelembagaan yang dibangun tersebut di atas dapat meningkatkan
usaha peternakan sapi perah rakyat yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kualitas susu dan nilai tambah pendapatan.
4.3. Mekanisme Pelaksanaan
Penerapan alsin sapi perah diharapkan dapat mengoptimalisasikan
produksi dan produktivitas ternak serta dapat meningkatkan efisiensi dalam
usahaternak sapi perah. Sejalan dengan hal tersebut, upaya pengembangan alsin
sapi perah diharapkan dapat mendukung peningkatan pendapatan peternak dan
memberikan perlindungan bagi keselamatan dan kesehatan masyarakat.
Berdasarkan kelembagaan yang telah terbentuk pada usahaternak sapi
perah, maka diharapkan optimalisasi pengembangan dan pemanfaatan alsin pada
usahaternak sapi perah dapat berjalan dengan baik. Optimalisasi tersebut
diharapkan terjadi pada tingkat petani, TPS, dan KUD terutama dalam
penanganan susu. Lebih jauh lagi, upaya pemanfaatan dan kepemilikan alsin
diarahkan pada upaya kepemilikan kolektif/kelompok agar tingkat pelayanan
dapat dilakukan secara efisien.
Berdasarkan sumber permodalan dan investasi, pola pengembangan
UPJA sapi perah dapat dibagi menjadi 3 pola. Yaitu:
1. Pola swadaya masyarakat. Pola ini menitikberatkan pada sumber permodalan
dan investasi berasal dari masyarakat ataupun berdasarkan pinjaman dari
lembaga keuangan yang dilakukan oleh kelompok peternak. Pola ini
diharapkan lebih kuat dan mampu berkembang karena didasarkan pada
kebutuhan pada kelompok tersebut.
2. Pola kemitraan umum. Pola ini bercirikan pada sumber pendanaan dan
investasi berasal dari BUMN, koperasi atau lembaga lainnya yang
dikerjasamakan dengan peternak atau kelompok berdasarkan prinsip
kemitraan usaha. Bentuk kemitraannya dapat berbagai bentuk, misalnya
kemitraan pengadaan peralatan, kemitraan budidaya sapi perah, kemitraan
distribusi susu dan sebagainya.
3. Pola sewa beli. Ciri dari pola ini adalah sumber permodalan dan investasi
berasal dari pemerintah dengan memperhatikan perundang-undangan yang
berlaku. Pemerintah dapat berlaku sebagai penyedia alsin sapi perah dengan
maksud untuk mendorong percepatan mekanisasi usahaternak sapi perah,
meningkatkan produksi, meningkatkan keikutsertaan pihak ketiga dalam
pembangunan peternakan sapi perah dan peningkatan pendapatan dari pajak.
V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Kondisi Umum Peternakan Sapi Perah di Jawa Barat
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara umum
keragaan Peternakan sapi perah seperti tampak dalam Tabel V-1. Pada tersebut
tampak bahwa populasi sapi perah tersebar hampir diseluruh Kabupaten/Kota di
Jawa Barat. Akan tetapi populasi terpadat terkonsentrasi di Kabupaten Bandung,
Garut, Bogor, Sukabumi, Sumedang, dan Kuningan. Daerah-daerah tersebut
merupakan sentra-sentra pengembangan sapi perah di Jawa Barat. Secara
keseluruhan terjadi peningkatan populasi sebesar 4,71 persen di Jawa Barat.
Perkembangan ini cukup menarik perhatian di mana setelah krisis ekonomi terjadi
banyak peternak yang ikut terpuruk akibat krisisi. Namun, kondisi tersebut dapat
kembali pulih dengan kembalinya usahaternak sapi perah. Pemulihan kondisi pun
tidak terlepas dari peran pemerintah, KUD, peternak, dan IPS yang sama-sama
melakukan kegiatan sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Saat ini sebagian besar usaha peternakan sapi perah dikelola oleh
peternakan sapi perah rakyat dengan skala usaha yang tidak ekonomis.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di Jawa Barat, skala usaha peternak sapi
perah adalah sekitar 5,8 ekor per unit usaha dengan kemampuan produksi sekitar
11,6 liter/ekor/hari.
Sistem Kerjasama Agribisnis Pada Usaha Peternakan Sapi Perah
Produksi susu hasil peternakan rakyat sebagian besar disalurkan ke
Koperasi /KUD persusuan yang kemudian di pasarkan kepada Industri Pengolah
Susu.Koperasi memberikan pelayanan kepada peternak sebagai
anggotanya, berupa pemasaran hasil produksinya juga melayani kebutuhan
konsentrat, obat-obatan, IB dan memberikan fasilitas penyaluran kredit.
Sedangkan industri pengolahan susu menerima susu dari koperasi untuk diolah
Industri Pengolahan Susu
(IPS)
Dalam menghadapi pasar bebas, usaha untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan tersebut perlu segera dilakukan dan dikaji secara komprehensif
tidak saja dari sisi peternak (on farm) dan kelembagaan pada sub sistem
lainnya (sub sistem off farm maupun sub sistem pendukung) tetapi juga dari
aspek kebijakan persusuan maupun UU Pokok Peternakan dan Kesehatan
Hewan Nomor 6/1967.
5.2. Kondisi Umum Teknis Usahaternak Sapi Perah
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap enam kabupaten yang
memiliki populasi sapi perah terbanyak di Propinsi Jawa Barat menunjukkan
bahwa sebagian besar peternak berada pada umur produktif (78,18 persen).
Artinya bahwa usahaternak sapi perah dikategorikan sebagai usaha pokok oleh
para peternak untuk menghidupi keluarganya. Hal tersebut dapat dilihat dari
pekerjaan pokok responden sebagai peternak sebesar 89,09 persen dan hanya
10,91 persen berprofesi di luar peterna/petani.
Dilihat dari sudut pengalaman beternak, sebagian besar peternak memiliki
pengalaman beternak antara 5 -20 tahun, yaitu sebesar 87,27 persen. Sedangkan
pengalaman beternak di bawah 5 tahun dan di atas 20 tahun sebesar 7,27 persen
dan 5,46 persen. Hal ini dapat membuktikan bahwa mereka telah beternak cukup
lama. Hasil pengamatan dan diskusi di lapangan, rata-rata peternak sudah mulai
menyadari akan pentingnya kualitas susu. Kualitas susu yang baik akan diberi
konpensasi berupa bonus oleh pihak KUD sehingga para peternak berupaya
meningkatkan produksi susunya agar berkualitas. Di samping itu, pihak KUD tidak
mentolelir berbagai upaya perkeliruan yang dilakukan oleh peternak terhadap
susunya karena berbagai alat uji kualitas susu, seperti milkana sudah dapat
diterapkan dengan baik sehingga para peternak tidak dapat melakukan lagi upaya
penyimpangan. Selain itu, jika terjadi upaya-upaya tersebut maka pihak koperasi
memberikan peringatan kepada peternak melalui ketua kelompoknya karena hal
itu dapat merusak kualitas susu secara kelompok.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan peternakan mengemban misi penyediaan pangan hasil
ternak yang berkualitas, meningkatkan pendapatan peternak dan menyediakan
lapangan kerja dengan memanfaatkan sumberdaya peternakan secara optimal.
Propinsi Jawa Barat merupakan daerah yang berpotensi untuk pengembangan
peternakan karena selain iklim dan topografinya yang mendukung juga dekat
dengan pusat pemasaran hasil ternak. Salah satu komoditas peternakan Propinsi
Jawa Barat yang menjadi unggulan adalah komoditas sapi perah.
Usaha peternakan sapi perah di Propinsi Jawa Barat terbagi menjadi dua
tipe usaha, yaitu usaha peternakan rakyat dan industri peternakan. Saat ini
sebagian besar usaha peternakan sapi perah dikelola oleh peternakan sapi perah
rakyat dengan skala kepemilikan ternak yang relatif kecil. Selain itu, tingkat
produktivitas dari usaha peternakan rakyat relatif masih rendah yang disebakan
oleh faktor manajemen, pemberian pakan, dan perbibitan yang relatif masih
rendah.
Seiring dengan digulirkannya ekonomi kerakyatan dan optimalisasi
sumberdaya lokal, peternakan rakyat harus mampu bangkit dan menjadi usaha
yang tangguh dan mandiri. Untuk itu diperlukan upaya peningkatan produktivitas
dan efisiensi usaha peternakan melalui peningkatan keterampilan teknis,
manajemen usaha dan penguasaan teknologi serta penyempurnaan
kelembagaan secara keseluruhan.
Peningkatan produktivitas ternak dilaksanakan melalui peningkatan skala
usaha yang diikuti oleh penggunaan alat dan mesin (alsin) yang tepat guna agar
pencapaian tujuan peningkatan produksi dapat tercapai. Penggunaan alsinnak
untuk usaha peternakan sapi perah, diperlukan dalam semua proses produksi,
yaitu pra produksi, produksi, panen, pasca panen (pengolahan hasil), dan
distribusi. Akan tetapi, penggunaan alsin pada usaha peternakan rakyat masih
sangat terbatas. Di samping itu, penggunaan alsin tersebut berdampak pada
besarnya biaya yang harus dikeluarkan peternak untuk pembelian alsin tersebut
sehingga menyebabkan peternak cenderung lebih menyukai peralatan yang
sederhana yang tidak mengeluarkan biaya yang besar.
Seperti kita ketahui bahwa tujuan penggunaan alsin adalah untuk efisien
usaha dan meningkatan produktivitas sekaligus pendapatan peternak, maka perlu
diupayakan suatu kelembagaan usaha yang dapat memberikan pelayanan alsin
dalam bentuk Unit Pelayanan Jasa dan Alat Mesin (UPJA) dengan biaya yang
dapat dijangkau oleh peternak atau kelompok peternak dengan tidak mengurangi
efisiensi alsin tersebut. Namun sampai saat ini pelayanan jasa tersebut masih
beragam, oleh karena itu diperlukan metode dan sistem atau model yang tepat,
lebih efektif dan efisien.
Salah satu upaya untuk mengetahui hal tersebut, maka Dinas Peternakan
Propinsi Jawa Barat bekerjasama dengan Fakultas Peternakan Universtitas
Padjadjaran akan melaksanakan kajian tentang Pengembangan Model UPJA
Alsinnak (Unit Pelayanan Jasa Alat dan Mesin Peternakan) di Jawa Barat, pada
usaha peternakan sapi perah.
1.2. Masalah
Permasalahan yang dapat diidentifikasi untuk UPJA Alsinnak ini adalah
bagaimana metode dan sistem atau model UPJA yang tepat dan efisien serta
sesuai bagi kelompok peternak di Jawa Barat khususnya untuk komoditas sapi
perah.
1.3. Maksud dan Tujuan
Maksud pengkajian ini adalah untuk menghasilkan rumusan
pengembangan UPJA Peternakan komoditi sapi perah di Jawa Barat. Adapun
tujuannya adalah:
1. Dihasilkannya rumusan model Unit Pelayanan Jasa Alsin Sapi Perah di Jawa
Barat
2. Memberikan gambaran mengenai Unit Pelayanan Jasa Alsin Sapi Perah yang
sesuai bagi kelompok peternak.
1.4. Ruang Lingkup Kegiatan
Ruang lingkup kegiatan kajian pengembangan Model UPJA peternakan
sapi perah meliputi kegiatan pengamatan, pemantauan, masukan dari pihak
terkait, yaitu universitas, KTNA, industri pengolahan susu, distributor alsin dan
bengkel yang mendukung pembangunan peternakan. Selain itu, diharapkan juga
dapat membantu menciptakan rekomendasi kebijakan dalam memecahkan
masalah bidang usaha peternakan yang lebih efisien dan efektif paa
pembangunan agribisnis.
1.5. Keluaran yang Dihasilkan
Keluaran yang diharapkan dari kegiatan ini adalah didapatkannya
rekomendasi, masukan dan saran untuk pembentukan Model UPJA peternakan
sapi perah yang sesuai bagi KUD dan kelompok peternak sapi perah sehingga
efisiensi penggunaan alsin dapat terlaksana dengan biaya yang terjangkau oleh
peternak. II
KERANGKA PEMIKIRAN
Kebijakan pemerintah Kabinet Gotong Royong membangun sistem dan
usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan berkelanjutan dan
desentralisasi, mekanisasi dan intensifikasi pertanian termasuk peternakan masih
mutlak diperlukan. Pada dasarnya kebijakan tersebut mengkondisikan terjadinya
sinergi antar segmen agribisnis dalam suatu sistem agribisnis yang pada
gilirannya akan memberikan pengaruh yang signifikan bagi peningkatan
kesejahteraan masarakat perdesaan.
Sebagai core bisnis andalah Jawa Barat, keberhasilan pembangunan
usaha peternakan sapi perah akan berpengaruh terhadap pembangunan ekonomi
regional. Oleh karena itu pengembangan komoditas sapi perah harus mampu
menghasilkan komoditas yang unggul, baik keunggulan komparatif maupun
kompetitif. Potensi untuk meraih keunggulan tersebut sudah tersedia, terutama
dukungan berasal dari endowment factor yaitu sumberdaya lokal (local resources
base) dan sumberdaya manusia (human resources).
Sistem agribisnis pada komoditas sapi perah dibangun berdasarkan
sistem vertical integration, yaitu antar pelaku agribisnis satu sama lain saling
tergantung pada produk susu. Produksi susu hasil peternakan rakyat sebagian
besar disalurkan ke Koperasi/KUD persusuan yang kemudian di pasarkan kepada
Industri Pengolah Susu. Koperasi memberikan pelayanan kepada peternak
sebagai anggotanya, berupa pemasaran hasil produksinya juga melayani
kebutuhan konsentrat, obat-obatan, IB, memberikan fasilitas penyaluran kredit,
dan memberikan pelayanan penyuluhan.
Pada kenyataannya usaha peternakan sapi perah rakyat ini dihadapkan
dalam dua masalah besar, yaitu masalah zooteknik dalam menghadapi pasar
global serta masalah kelembagaan sosial ekonomi yang kurang mendukung
terhadap kinerja usahanya. Kedua aspek tersebut, seperti lingkaran setan yang
saling berkaitan sehingga mengakibatkan perkembangan usaha peternakan
rakyat dalam kurun waktu dua puluh tahun ini seperti jalan di tempat.
bisnis persusuan di Jawa Barat tidak akan berhasil sebagaimana yang
diharapkan.
Sebagaimana kita ketahui bahwa usaha peternakan sapi perah rakyat di
Propinsi Jawa Barat lebih mendominasi daripada industri peternakan, sehingga
peningkatan produktivitas dan produksi menjadi tunjuan utama bagi peternak.
Salah satu upaya untuk meningkatkan produksi dan produktivitas dari usaha
peternakan rakyat adalah melalui penggunaan alat dan mesin peternakan
(Alsinnak). Pemanfaatan Alsinnak secara intensif telah dapat diwujudkan pada
tingkat usaha yang bercorak industri. Pada peternakan rakyat yang umumnya
masih bersifat sambilan dengan skala usaha yang relatif kecil, Alsinnak belum
intensif pemanfaatannya. Hal tersebut disebabkan oleh tingginya biaya yang
harus dikeluarkan peternak untuk penggunaan Alsinnak tersebut. Oleh karena itu,
para peternak lebih banyak menggunakan peralatan yang sederhana dan
tradisional karena tidak memakan biaya besar.
Salah satu terobosan untuk menerapkan mekanisasi pada peternakan
rakyat adalah dengan peunumbuhan dan pengembangan usaha jasa Alsinnak
melalui menumbuh kembangkan kelembagaan UPJA serta kelembagaan terkait
dalam pengembangan Alsinnak tersebut. UPJA Peternakan didefinisikan sebagai
perorangan atau kelompok yang usahanya menyewakan alat dan mesin
peternakan dengan tujuan mendapat penghasilan dan keuntungan
Ilustrasi II-2. Skema Sistem Kelembagaan Terkait Dalam
Pengembangan UPJA Alsinnak
Secara khusus arah pengembangan dari UPJA Peternakan adalah untuk
meningkatkan peran swasta dan partisipasi masyarakat dalam pengembangan
Alsinnak dan menumbuhkan serta memperkuat kelembagaan terkait lainnya. Di
dalam sistem UPJA Alsinnak terdapat lima subsistem yang membentuk hubungan
kemitraan dan berinteraksi satu sama lainnya. Sebetulnya bila
dikaitkan dengan usaha peternakan sapi perah, ke lima subsistem tersebut telah
terbangun, tinggal mengkondisikan agar ke lima subsistem tersebut berinteraksi
satu sama lain. Seperti yang telah dijelaskan dimuka bahwa kelima subsistem
dapat berjalan dengan baik bila terjadi interaksi diantara kelima subsistem
tersebut. Interaksi dapat terjadi apabila ada saling ketergantungan dan kebutuhan
antara kelima subsistem tersebut.
III
METODE PENELITIAN
3.1. Kerangka Pendekatan
Inovasi UPJA Alsinnak pada komoditas peternakan sapi perah masih perlu
dikaji kembali terutama apakah keberadaan UPJA Alsinnak tersebut dapat
memberikan nilai manfaat bagi para peternak atau tidak. Selain itu, kajian ini
diperlukan untuk mengetahui tingkat kebutuhan peternak terhadap penggunaan
Alsinnak dan model UPJA Alsinnak yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
dari para peternak.
Analisa Hasil
Perumusan
Rekomendasi
Kerangka pendekatan untuk kegiatan ini dimulai dari studi pustaka yang
berkaitan dengan program bantuan terhadap pengadaan peralatan dan mesin
peternakan untuk budidaya sapi perah. Studi ini diperlukan sebagai bahan
pembanding untuk menentukan model atau kondisi alsin yang diperlukan oleh
peternak sapi perah. Kemudian dilakukan survei terhadap lokasi terpilih dengan
reponden, yaitu lembaga KUD dan kelompok peternak guna memperoleh
informasi terhadap penggunaan alsin yang sedang atau sedang dilaksanakan.
Selanjutnya dilakukan analisa terhadap hasil survei guna memperoleh
rekomendasi model UPJA yang terbaik bagi usaha peternakan sapi perah.
3.2. Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam kegiatan studi ini terdiri dari data primer dan data
sekunder baik yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Data sekunder diperoleh
dari Dinas Peternakan Propinsi dan Dinas atau Sub Dinas Peternakan Kabupaten
serta data-data lain yang berkaitan dengan kegiatan UPJA Alsinnak. Sedangkan
data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari lokasi terpilih untuk
kepentingan justifikasi dan validasi. Data primer tersebut diperoleh dari hasil
pelaksanaan survei dengan menggunakan kuesioner, focus group discussion, dan
depth interview (wawancara mendalam) terhadap target sasaran.
3.3. Objek Kajian
Objek kajian dari penelitian ini adalah kelompok peternak pengguna
Alsinnak pada usaha sapi perah. Selain itu, kajian dilakukan terhadap lembaga
atau stakeholder yang terkait dengan pengembangan sistem UPJA Alsinnak,
seperti KUD.
3.4. Pemilihan Lokasi Kajian
Lokasi kabupaten yang dipilih adalah wilayah pengembangan ternak sapi
perah di Jawa Barat dengan jumlah populasi ternak yang terbesar. Adapun KUD
dan kelompok peternak yang dijadikan sampel dipilih secara sengaja per
kabupatennya. Lokasi-lokasi yang menjadi objek kajian adalah Kabupaten Bogor
(KUD Giri Tani dan KPS Bogor), Kabupaten Sukabumi (KPS Gunung Gede),
Kabupaten Kuningan (KUD Dewi Sri dan KUD Karya Nugraha), Kabupaten
Bandung (KPBS dan KPSBU), Kabupaten Sumedang (KUD Tanjungsari), dan
Kabupaten Garut (KUD Bayongbong dan KUD Cikajang).
3.5. Penentuan Responden
Penentuan sampel responden berdasarkan pertimbangan, yaitu di mana
responden yang menjadi objek penelitian adalah responden atau kelompok
peternak yang menjadi anggota KUD dan pengurus dari KUD. Teknik yang
dilakukan untuk memperoleh data dari responden peternak tersebut dilakukan
wawancara dengan menggunakan bantuan kuesioner, focus group discussion,
dan wawancara mendalam (depth interview). Wawancara mendalam dilakukan
untuk memperoleh informasi yang lebih detail terhadap kebutuhan peternak atau
kelompok ternak terhadap alsin. Selain itu, wawancara mendalam juga dilakukan
terhadap pengurus KUD untuk melihat upaya-upaya yang dilakukan untuk dalam
meningkatkan produktivitas anggotanya terutama dalam penggunaan alsin.
IV
KONSEP DASAR UPJA PETERNAKAN SAPI PERAH
4.1. Konsep Program
Secara umum kosep dasar dari Unit Pelayanan Jasa Alat dan Mesin
Peternakan (UPJA Peternakan) adalah sebagai perorangan atau kelompok yang
usahanya menyewaka alat dan mesin peternakan dengan tujuan mendapatkan
penghasilan dan keuntungan.Adapun status
UPJA Peternakan adalah sebagai lembaga ekonomi pedesaan di luar usahatani
yang melaksanakan upaya optimalisasi pemanfaatan alsin peternakan melalui
pelayanan jasa alsin peternakan guna mendapatkan keungtungan usaha yang
dikelola berdasarkan skala ekonomi, berorientasi pasar serta didukung oleh SDM
yang bekerja secara profesional. Secara umum arah penumbuhan dan
pengembangan UPJA Peternakan adalah untuk memberi dukungan bagi
pembangunan sistem dan usaha agribisnis yang berdaya saing, berkerakyatan,
berkelanjutan dan desentralisasi melalui pembangunan sistem dan usaha
agribisnis peternakan yang diharapkan dapat mendorong usaha peternakan skala
kecil menjadi usaha yang bercorak industri. Secara khusus arah penumbuhan dan
pengembangan adalah untuk meningkatkan peran swasta dan partisipasi
masyarakat dalam pengembangan alsin peternakan yang diharapkan dapat
memberikan dampak bagi optimalisasi pemanfaatan alsin peternakan. Selain itu,
UPJA tersebut dapat mendorong penumbuhan dan perkuatan kelembagaan yang
terkait dengan UPJA Peternakan.
Penerapan konsep pengembangan alsin sapi perah berawal dari titik
permasalahan sebagai berikut, yaitu:
1. Skala usaha. Sebagian besar usaha peternakan sapi perah dikelola oleh
peternak rakyat dengan skala kepemilikan ternak yang relatif kecil. Selain itu,
pengelolaan usaha dilakukan secara tradisional sehingga kebersihan
lingkungan kandang dan peralatan sering kurang diperhatikan yang dapat
berdampak pada rendahnya kualitas susu.
2. Penerapan teknologi. Penguasaan dan penerapan teknologi dalam proses
penanganan susu, seperti penerapan alsin untuk penanganan, pengolahan,
pengemasan, distribusi, transportasi, dan pengolahan, belum mampu
dilakukan oleh peternakan rakyat. Peternakan rakyat hanya menangani
perlakuan sebelum pemerahan, waktu pemerahan, dan setelah pemerahan
sampai susu tersebut didistribusikan ke koperasi atau industri pengolah susu.
Oleh karena itu, tingkat hygienis dan sanitasi menjadi perhatian bagi
peternakan rakyat.
3. Penyediaan dan penerapan alat dan mesin. Sampai saat ini, penyediaan
dan pemanfaatan alsin pada usaha sapi perah rakyat masih sangat terbatas,
baik pada tingkat peternak, TPS, maupun KUD karena beberapa alsin yang
digunakan masih diimpor dari luar, seperti milk can, cooling unit, mesin
pemerah susu, dan sebagainya.
4. Jaringan Pemasaran dan Harga Susu. Selama ini, sebagian besar (95%)
pemasaran susu dari peternak masih tergantung pada koperasi dan koperasi
masih tergantung pada industri pengolahan susu. Pemasaran susu langsung
oleh peternak dan koperasi ke konsumen masih sangat terbatas, itupun hanya
pada segmen konsumen rumah tangga. Oleh karena itu, harga susu belum
dapat ditetapkan secara layak dan masih dikontrol oleh industri pengolahan
susu. Kesempatan untuk melakukan pemasaran langsung oleh peternak dan
koperasi ke konsumen sebenarnya masih terbuka lebar karena industri
-
pengolahan susu masih mengandalkan susu impor. Oleh karena itu perbaikan
kualitas susu dari peternak menjadi syarat utama agar susunya dapat
bersaing dengan susu impor.
5. Pembiayaan. Peternak masih kesulitan mendapatkan akses pendanaan
melalui kredit ke perbankan karena belum adanya kepercayaan dari
perbankan kepada peternak dalam hal pengembalian dana pinjaman.
4.2. Kelembagaan UPJA
Sistem UPJA Peternakan Sapi Perah terdapat lima subsistem yang
membentuk hubungan kemitraan yang saling berinteraksi satu sama lainnya
(seperti terlihat pada Ilustrasi II-2 bab sebelumnya). Kelembagaan masing-masing
subsistem tersebut adalah sebagai berikut:
1. Subsistem unit pelayanan jasa alsin peternakan (UPJA). Kelembagaan ini
yang menyediakan dan memberikan pelayanan alsin bagi pengguna, seperti
koperasi.
2. Subsistem penyediaan alsin peternakan. Kelembagaan ini berfungsi sebagai
penyedia alsin peternakan, suku cadang, dan jasa perbaikan kepada
subsistem unit pelayanan jasa alsin, seperti produsen alsin, perbengkelan,
dan penyalur alsin.
3. Subsistem pengguna jasa alsin. Kelembagaan ini berfungsi sebagai
pengguna atau pemakai alsin yang dapat dioptimalkan untuk peningkatan
produksi dan kualitas produknya. Upaya tersebut dapat diwujudkan melalui
kerjasama dengan UPJA secara kelompok.
4. Subsistem permodalan. Kelembagaan ini berperan sebagai penyedia modal
bagi seluruh subsistem UPJA, seperti perbankan, dan lembaga non
perbankan.
5. Subsistem pembinaan dan pengendalian. Kelembagaan ini berperan dalam
membina dan mengendalikan subsistem yang telah terbentuk agar kegiatan
dalam seluruh subsistem tersebut dapat berjalan sesuai dengan fungsinya
masing-masing. Dalam hal ini lembaga yang berperan dalam subsistem ini
adalah aparatur pemerintah dari pusat sampai daerah, terutama dinas
peternakan dan instansi lainnya yang terkait.
Diharapkan kelembagaan yang dibangun tersebut di atas dapat meningkatkan
usaha peternakan sapi perah rakyat yang pada akhirnya dapat meningkatkan
kualitas susu dan nilai tambah pendapatan.
4.3. Mekanisme Pelaksanaan
Penerapan alsin sapi perah diharapkan dapat mengoptimalisasikan
produksi dan produktivitas ternak serta dapat meningkatkan efisiensi dalam
usahaternak sapi perah. Sejalan dengan hal tersebut, upaya pengembangan alsin
sapi perah diharapkan dapat mendukung peningkatan pendapatan peternak dan
memberikan perlindungan bagi keselamatan dan kesehatan masyarakat.
Berdasarkan kelembagaan yang telah terbentuk pada usahaternak sapi
perah, maka diharapkan optimalisasi pengembangan dan pemanfaatan alsin pada
usahaternak sapi perah dapat berjalan dengan baik. Optimalisasi tersebut
diharapkan terjadi pada tingkat petani, TPS, dan KUD terutama dalam
penanganan susu. Lebih jauh lagi, upaya pemanfaatan dan kepemilikan alsin
diarahkan pada upaya kepemilikan kolektif/kelompok agar tingkat pelayanan
dapat dilakukan secara efisien.
Berdasarkan sumber permodalan dan investasi, pola pengembangan
UPJA sapi perah dapat dibagi menjadi 3 pola. Yaitu:
1. Pola swadaya masyarakat. Pola ini menitikberatkan pada sumber permodalan
dan investasi berasal dari masyarakat ataupun berdasarkan pinjaman dari
lembaga keuangan yang dilakukan oleh kelompok peternak. Pola ini
diharapkan lebih kuat dan mampu berkembang karena didasarkan pada
kebutuhan pada kelompok tersebut.
2. Pola kemitraan umum. Pola ini bercirikan pada sumber pendanaan dan
investasi berasal dari BUMN, koperasi atau lembaga lainnya yang
dikerjasamakan dengan peternak atau kelompok berdasarkan prinsip
kemitraan usaha. Bentuk kemitraannya dapat berbagai bentuk, misalnya
kemitraan pengadaan peralatan, kemitraan budidaya sapi perah, kemitraan
distribusi susu dan sebagainya.
3. Pola sewa beli. Ciri dari pola ini adalah sumber permodalan dan investasi
berasal dari pemerintah dengan memperhatikan perundang-undangan yang
berlaku. Pemerintah dapat berlaku sebagai penyedia alsin sapi perah dengan
maksud untuk mendorong percepatan mekanisasi usahaternak sapi perah,
meningkatkan produksi, meningkatkan keikutsertaan pihak ketiga dalam
pembangunan peternakan sapi perah dan peningkatan pendapatan dari pajak.
V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Kondisi Umum Peternakan Sapi Perah di Jawa Barat
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Propinsi Jawa Barat, secara umum
keragaan Peternakan sapi perah seperti tampak dalam Tabel V-1. Pada tersebut
tampak bahwa populasi sapi perah tersebar hampir diseluruh Kabupaten/Kota di
Jawa Barat. Akan tetapi populasi terpadat terkonsentrasi di Kabupaten Bandung,
Garut, Bogor, Sukabumi, Sumedang, dan Kuningan. Daerah-daerah tersebut
merupakan sentra-sentra pengembangan sapi perah di Jawa Barat. Secara
keseluruhan terjadi peningkatan populasi sebesar 4,71 persen di Jawa Barat.
Perkembangan ini cukup menarik perhatian di mana setelah krisis ekonomi terjadi
banyak peternak yang ikut terpuruk akibat krisisi. Namun, kondisi tersebut dapat
kembali pulih dengan kembalinya usahaternak sapi perah. Pemulihan kondisi pun
tidak terlepas dari peran pemerintah, KUD, peternak, dan IPS yang sama-sama
melakukan kegiatan sesuai dengan fungsinya masing-masing.
Saat ini sebagian besar usaha peternakan sapi perah dikelola oleh
peternakan sapi perah rakyat dengan skala usaha yang tidak ekonomis.
Berdasarkan beberapa hasil penelitian di Jawa Barat, skala usaha peternak sapi
perah adalah sekitar 5,8 ekor per unit usaha dengan kemampuan produksi sekitar
11,6 liter/ekor/hari.
Sistem Kerjasama Agribisnis Pada Usaha Peternakan Sapi Perah
Produksi susu hasil peternakan rakyat sebagian besar disalurkan ke
Koperasi /KUD persusuan yang kemudian di pasarkan kepada Industri Pengolah
Susu.Koperasi memberikan pelayanan kepada peternak sebagai
anggotanya, berupa pemasaran hasil produksinya juga melayani kebutuhan
konsentrat, obat-obatan, IB dan memberikan fasilitas penyaluran kredit.
Sedangkan industri pengolahan susu menerima susu dari koperasi untuk diolah
Industri Pengolahan Susu
(IPS)
Dalam menghadapi pasar bebas, usaha untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan tersebut perlu segera dilakukan dan dikaji secara komprehensif
tidak saja dari sisi peternak (on farm) dan kelembagaan pada sub sistem
lainnya (sub sistem off farm maupun sub sistem pendukung) tetapi juga dari
aspek kebijakan persusuan maupun UU Pokok Peternakan dan Kesehatan
Hewan Nomor 6/1967.
5.2. Kondisi Umum Teknis Usahaternak Sapi Perah
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan terhadap enam kabupaten yang
memiliki populasi sapi perah terbanyak di Propinsi Jawa Barat menunjukkan
bahwa sebagian besar peternak berada pada umur produktif (78,18 persen).
Artinya bahwa usahaternak sapi perah dikategorikan sebagai usaha pokok oleh
para peternak untuk menghidupi keluarganya. Hal tersebut dapat dilihat dari
pekerjaan pokok responden sebagai peternak sebesar 89,09 persen dan hanya
10,91 persen berprofesi di luar peterna/petani.
Dilihat dari sudut pengalaman beternak, sebagian besar peternak memiliki
pengalaman beternak antara 5 -20 tahun, yaitu sebesar 87,27 persen. Sedangkan
pengalaman beternak di bawah 5 tahun dan di atas 20 tahun sebesar 7,27 persen
dan 5,46 persen. Hal ini dapat membuktikan bahwa mereka telah beternak cukup
lama. Hasil pengamatan dan diskusi di lapangan, rata-rata peternak sudah mulai
menyadari akan pentingnya kualitas susu. Kualitas susu yang baik akan diberi
konpensasi berupa bonus oleh pihak KUD sehingga para peternak berupaya
meningkatkan produksi susunya agar berkualitas. Di samping itu, pihak KUD tidak
mentolelir berbagai upaya perkeliruan yang dilakukan oleh peternak terhadap
susunya karena berbagai alat uji kualitas susu, seperti milkana sudah dapat
diterapkan dengan baik sehingga para peternak tidak dapat melakukan lagi upaya
penyimpangan. Selain itu, jika terjadi upaya-upaya tersebut maka pihak koperasi
memberikan peringatan kepada peternak melalui ketua kelompoknya karena hal
itu dapat merusak kualitas susu secara kelompok.
Rabu, 29 September 2010
TUGAS SOFTSKILL -EKONOMI KOPERASI-ERI DESTRIA-2EA06
PKL sebagai Pendukung Perekonomian Kota: Antara Pengembangan PKL, Penataan & Penggusuran
REKOMENDASI DEWAN KOTA SURABAYA BAGI PENATAAN PKL DI KOTA SURABAYA
Tempat: di Ruang Pertemuan Lantai 2 Dinas Koperasi & Sektor Informal Kota Surabaya, jalan Gayungsari No.1, Surabaya.
Waktu: pukul 13.00 -16.30
Narasumber: 1. Rasdian Awang (Sekretaris Kampoeng Ilmu – PKL Buku jalan Semarang, surabaya), 2. Hadi Mulyono (Dinas Koperasi & Sektor Informal Kota Surabaya), 3. Yustamadji (Kabid Ekonomi, Bappeko Surabaya).
Moderator: M. Farid Fauzi (PUPUK)
Rekomendasi:
1. Kalau sektor informal & Pedagang Kaki Lima (PKL) dianggap sebagai pendukung pembangunan ekonomi kota, maka sudah selayaknya bila mereka diberdayakan, dikembangkan dan ditata sebagai bagian yang harmonis dalam pembangunan kota secara komprehensif. PKL bisa menjadi identitas ekonomi, sosial budaya kota dan menjadi tujuan wisata sebagaimana dikembangkan di Yogyakarta dengan penataan PKL Malioboro.
2. Bagaimana dapat terwujud penataan PKL secara komprehensif? Semuanya terpulang dari paradigma yang digunakan oleh pemerintah kota Surabaya dalam pembangunan sektor informal & PKL, apakah menempatkan mereka sebagai potensi ekonomi kota atau dianggap sebagai masalah kota.
3. Penggusuran PKL yang dilakukan tanpa solusi bahkan dengan cara kekerasan tidak memecahkan masalah dan karenanya harus dihentikan. Karena tidak menyelesaikan masalah bahkan akan memicu konflik dan kekerasan. Perlu pembinaan dan pengawasan terhadap petugas Satpol PP yang menertibkan PKL, agar tidak sewenang-wenang dalam menjalankan tugasnya.
4. Penataan PKL merupakan tanggung jawab Pemerintah untuk melibatkan para stakeholders kota melakukan penataan PKL yang ada di seluruh wilayah kota Surabaya. Penataan hendaknya dilakukan dengan mempertimbangkan karakteristik kluster PKL. Pemerintah Kota Surabaya dapat mengembangkan Model Penataan PKL secara spesifik: seperti PKL buku, PKL buah, PKL sekitar mal, dst.
5. Penataan PKL bukan hanya menjadi tanggung jawab satu Dinas saja seperti dinas Koperasi & Sektor Informal. Penataan PKL membutuhkan koordinasi & sinergi antar dinas/instansi terkait seperti Dinas Kesehatan, Dinas Perdagangan, Satpol PP, Dinas Pariwisata, dll. Mendorong agar penataan PKL secara terpadu melalui model-model penataan secara spesifik dapat dilaksanakan secara sungguh-sungguh dengan melibatkan dinas/instansi yang terkait.
6. Penataan PKL juga membutuhkan peran serta masyarakat (LSM, Swasta, Perguruan Tinggi, dll). LSM seperti PUPUK memberi bantuan dalam pengembangan maupun penguatan organisasi PKL. Perguruan Tinggi dapat memberi bantuan berupa: kajian, penyuluhan kesehatan, pembuatan desain gerobak/tenda, dll. Pihak Swasta dapat menyediakan lahan atau anggaran corporate social responsibility (CSR) untuk pengembangan model penataan PKL di wilayah yang dekat tempat usaha mereka.
7. Perlu kejelasan komitmen pemerintah kota dalam penataan PKL. Kesan bahwa pemerintah kota lebih mengutamakan menjaga ketertiban kota daripada pemberdayaan dan menata PKL harus dapat ditepis dengan program yang nyata untuk memberdayakan PKL sebagaimana amanah Perda Penataan & Pemberdayaan PKL.
8. Agar penataan PKL menjadi kesatuan dalam penataan tata ruang kota. Ijin mendirikan bangunan yang berpotensi untuk menghadirkan banyak orang seperti Mal, kampus, rumahsakit, stadion, terminal, dan masih banyak lagi yang lain harus memasukkan fasilitas untuk PKL sebagai bagian dari fasilitas yang harus diadakan oleh pihak pengelola tempat tersebut.
9. Agar penataan PKL dijalankan sebagai bagian dari upaya merevitalisasi pasar tradisional. Tujuannya agar PKL dan pasar tradisional dapat saling menghidupi, dan eksistensi pasar tradisional tidak hilang ditelan pasar-pasar modern yang sebagian besar adalah milik pengusaha asing.
10. Agar kepedulian sosial para pengusaha dan pengelola pusat-pusat perbelanjaan dalam penataan PKL ditingkatkan dan dikoordinasikan secara transparan sehingga kontribusi mereka dapat diketahui, diakses bagi yang membutuhkan. Pemerintah dapat mengkoordinasikan Corporate Social Responsibility (CSR) pengelola pusat perbelanjaan untuk penataan PKL.
11. Perlu ada pengawasan sekaligus sanksi yang ketat terhadap kewajiban pengusaha pusat perbelanjaan untuk membangun fasilitas sarana-prasarana wajib seperti pengelohan sampah, parkir yang cukup dan aman, serta fasilitas bagi PKL.
12. Agar Penataan PKL dilaksanakan sebagai bagian dari pembangunan budaya Suroboyo, dengan mendorong pengembangan PKL yang bernuansa budaya Suroboyo. Antara lain dengan mengembangkan PKL yang menjual makanan khas Suroboyo, kerajinan/souvenir dengan berbahan dasar lokal seperti kerajinan dari kulit kerang, enceng gondok, dll.
13. Agar penataan PKL dikaitkan dengan penataan Kampung. Kampung-kampung yang masih menyisahkan ciri Suroboyo-an seperti daerah Peneleh, Plampitan, Kedungdoro, harus dipertahankan ciri khasnya dan dinyatakan sebagai cagar budaya sebagaimana daerah Condet di Jakarta. Penataan PKL di daerah tersebut dapat dilaksanakan sebagai satu paket wisata kampung Suroboyo. Desain gerobak/tenda, juga komoditi yang dijual dapat disesuaikan dengan tujuan pengembangan kampung tersebut.
14. Mendorong pengembangan PKL buah-buahan musiman seperti durian, mangga, rambutan, jeruk Bali, agar dapat tampil lebih menarik dan memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Antara lain dengan mengadakan lomba dan bazar makanan olahan berbahan dasar buah-buahan yang sedang musim. Tujuan agar dapat mendorong peluang usaha baru berbahan dasar buah-buahan yang sedang musim. Misalnya, dengan menggelar ”festival es puter dan es lilin” berbahan buah durian atau mangga. Berbagai aktivitas yang diharapkan akan mendorong peluang usaha yang tidak hanya menjual buah secara utuh, namun juga menjual makanan/minuman berbahan dasar buah yang sedang musim tersebut.
15. Berbagai kegiatan kreatif pengembangan PKL buah-buahan musiman tersebut tersebut diharapkan sekaligus mendorong pengembangan kampong Surabaya sebagai tujuan wisata, misalnya: menyelenggarakan kegiatan Festival Makanan/Minuman berbahan dasar buah-buahan yang sedang musim di Kampung Peneleh dengan nama ”Festival Buah Peneleh”, mengingat di daerah ini merupakan pasar pusat penjualan buah. Atau dapat juga membuat ”Festival Durian Widodaren”, mengingat daerah tersebut banyak PKL durian, dan masih banyak lagi yang bisa dikembangkan.
REKOMENDASI DEWAN KOTA SURABAYA BAGI PENATAAN PKL DI KOTA SURABAYA
Tempat: di Ruang Pertemuan Lantai 2 Dinas Koperasi & Sektor Informal Kota Surabaya, jalan Gayungsari No.1, Surabaya.
Waktu: pukul 13.00 -16.30
Narasumber: 1. Rasdian Awang (Sekretaris Kampoeng Ilmu – PKL Buku jalan Semarang, surabaya), 2. Hadi Mulyono (Dinas Koperasi & Sektor Informal Kota Surabaya), 3. Yustamadji (Kabid Ekonomi, Bappeko Surabaya).
Moderator: M. Farid Fauzi (PUPUK)
Rekomendasi:
1. Kalau sektor informal & Pedagang Kaki Lima (PKL) dianggap sebagai pendukung pembangunan ekonomi kota, maka sudah selayaknya bila mereka diberdayakan, dikembangkan dan ditata sebagai bagian yang harmonis dalam pembangunan kota secara komprehensif. PKL bisa menjadi identitas ekonomi, sosial budaya kota dan menjadi tujuan wisata sebagaimana dikembangkan di Yogyakarta dengan penataan PKL Malioboro.
2. Bagaimana dapat terwujud penataan PKL secara komprehensif? Semuanya terpulang dari paradigma yang digunakan oleh pemerintah kota Surabaya dalam pembangunan sektor informal & PKL, apakah menempatkan mereka sebagai potensi ekonomi kota atau dianggap sebagai masalah kota.
3. Penggusuran PKL yang dilakukan tanpa solusi bahkan dengan cara kekerasan tidak memecahkan masalah dan karenanya harus dihentikan. Karena tidak menyelesaikan masalah bahkan akan memicu konflik dan kekerasan. Perlu pembinaan dan pengawasan terhadap petugas Satpol PP yang menertibkan PKL, agar tidak sewenang-wenang dalam menjalankan tugasnya.
4. Penataan PKL merupakan tanggung jawab Pemerintah untuk melibatkan para stakeholders kota melakukan penataan PKL yang ada di seluruh wilayah kota Surabaya. Penataan hendaknya dilakukan dengan mempertimbangkan karakteristik kluster PKL. Pemerintah Kota Surabaya dapat mengembangkan Model Penataan PKL secara spesifik: seperti PKL buku, PKL buah, PKL sekitar mal, dst.
5. Penataan PKL bukan hanya menjadi tanggung jawab satu Dinas saja seperti dinas Koperasi & Sektor Informal. Penataan PKL membutuhkan koordinasi & sinergi antar dinas/instansi terkait seperti Dinas Kesehatan, Dinas Perdagangan, Satpol PP, Dinas Pariwisata, dll. Mendorong agar penataan PKL secara terpadu melalui model-model penataan secara spesifik dapat dilaksanakan secara sungguh-sungguh dengan melibatkan dinas/instansi yang terkait.
6. Penataan PKL juga membutuhkan peran serta masyarakat (LSM, Swasta, Perguruan Tinggi, dll). LSM seperti PUPUK memberi bantuan dalam pengembangan maupun penguatan organisasi PKL. Perguruan Tinggi dapat memberi bantuan berupa: kajian, penyuluhan kesehatan, pembuatan desain gerobak/tenda, dll. Pihak Swasta dapat menyediakan lahan atau anggaran corporate social responsibility (CSR) untuk pengembangan model penataan PKL di wilayah yang dekat tempat usaha mereka.
7. Perlu kejelasan komitmen pemerintah kota dalam penataan PKL. Kesan bahwa pemerintah kota lebih mengutamakan menjaga ketertiban kota daripada pemberdayaan dan menata PKL harus dapat ditepis dengan program yang nyata untuk memberdayakan PKL sebagaimana amanah Perda Penataan & Pemberdayaan PKL.
8. Agar penataan PKL menjadi kesatuan dalam penataan tata ruang kota. Ijin mendirikan bangunan yang berpotensi untuk menghadirkan banyak orang seperti Mal, kampus, rumahsakit, stadion, terminal, dan masih banyak lagi yang lain harus memasukkan fasilitas untuk PKL sebagai bagian dari fasilitas yang harus diadakan oleh pihak pengelola tempat tersebut.
9. Agar penataan PKL dijalankan sebagai bagian dari upaya merevitalisasi pasar tradisional. Tujuannya agar PKL dan pasar tradisional dapat saling menghidupi, dan eksistensi pasar tradisional tidak hilang ditelan pasar-pasar modern yang sebagian besar adalah milik pengusaha asing.
10. Agar kepedulian sosial para pengusaha dan pengelola pusat-pusat perbelanjaan dalam penataan PKL ditingkatkan dan dikoordinasikan secara transparan sehingga kontribusi mereka dapat diketahui, diakses bagi yang membutuhkan. Pemerintah dapat mengkoordinasikan Corporate Social Responsibility (CSR) pengelola pusat perbelanjaan untuk penataan PKL.
11. Perlu ada pengawasan sekaligus sanksi yang ketat terhadap kewajiban pengusaha pusat perbelanjaan untuk membangun fasilitas sarana-prasarana wajib seperti pengelohan sampah, parkir yang cukup dan aman, serta fasilitas bagi PKL.
12. Agar Penataan PKL dilaksanakan sebagai bagian dari pembangunan budaya Suroboyo, dengan mendorong pengembangan PKL yang bernuansa budaya Suroboyo. Antara lain dengan mengembangkan PKL yang menjual makanan khas Suroboyo, kerajinan/souvenir dengan berbahan dasar lokal seperti kerajinan dari kulit kerang, enceng gondok, dll.
13. Agar penataan PKL dikaitkan dengan penataan Kampung. Kampung-kampung yang masih menyisahkan ciri Suroboyo-an seperti daerah Peneleh, Plampitan, Kedungdoro, harus dipertahankan ciri khasnya dan dinyatakan sebagai cagar budaya sebagaimana daerah Condet di Jakarta. Penataan PKL di daerah tersebut dapat dilaksanakan sebagai satu paket wisata kampung Suroboyo. Desain gerobak/tenda, juga komoditi yang dijual dapat disesuaikan dengan tujuan pengembangan kampung tersebut.
14. Mendorong pengembangan PKL buah-buahan musiman seperti durian, mangga, rambutan, jeruk Bali, agar dapat tampil lebih menarik dan memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Antara lain dengan mengadakan lomba dan bazar makanan olahan berbahan dasar buah-buahan yang sedang musim. Tujuan agar dapat mendorong peluang usaha baru berbahan dasar buah-buahan yang sedang musim. Misalnya, dengan menggelar ”festival es puter dan es lilin” berbahan buah durian atau mangga. Berbagai aktivitas yang diharapkan akan mendorong peluang usaha yang tidak hanya menjual buah secara utuh, namun juga menjual makanan/minuman berbahan dasar buah yang sedang musim tersebut.
15. Berbagai kegiatan kreatif pengembangan PKL buah-buahan musiman tersebut tersebut diharapkan sekaligus mendorong pengembangan kampong Surabaya sebagai tujuan wisata, misalnya: menyelenggarakan kegiatan Festival Makanan/Minuman berbahan dasar buah-buahan yang sedang musim di Kampung Peneleh dengan nama ”Festival Buah Peneleh”, mengingat di daerah ini merupakan pasar pusat penjualan buah. Atau dapat juga membuat ”Festival Durian Widodaren”, mengingat daerah tersebut banyak PKL durian, dan masih banyak lagi yang bisa dikembangkan.
Senin, 07 Juni 2010
PROSES MANAJEMEN
NAMA : ERI DESTRIA
NPM : 14209798
KELAS : 1EA05
Proses Manajemen
Pendahuluan
Proses manajemen didefinisikan sebagai aktivitas-aktivitas:
Perencanaan, formulasi terinci untuk mencapai suatu tujuan akhir tertentu adalah aktivitas manajemen yang disebut perencanaan. Oleh karenanya, perencanaan mensyaratkan penetapan tujuan dan identifikasi metode untuk mencapai tujuan tersebut.
Pengendalian, perencanaan hanyalah setengah dari peretempuran. Setelah suatu rencana dibuat, rencana tersebut harus diimplementasikan, dan manajer serta pekerja harus memonitor pelaksanaannya untuk memastikan rencana tersebut berjalan sebagaimana mestinya. Aktivitas manajerial untuk memonitor pelaksanaan rencana dan melakukan tindakankorektif sesuai kebutuhan, disebut kebutuhan.
Pengambilan Keputusan, proses pemilihan diantara berbagai alternative disebut dengan proses pengambilan keputusan. Fungsi manajerial ini merupakan jalinan antara perencanaan dan pengendalian. Manajer harus memilih diantara beberapa tujuan dan metode untuk melaksanakan tujuan yang dipilih. Hanya satu dari beberapa rencana yang dapat dipilih. Komentar serupa dapat dibuat berkenaan dengan fungsi pengendalian.
Dalam tulisan ini terdapat pendapat dari L. Trewathn dan M. Gene Newport tentang roses-[roses manajemen yaitu proses perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, serta mengawasi aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam suatu proses manajemen demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Tulisan ini merupakan salahsatu tugas yang diberikan oleh Dosen mata kuliah Pengantar Manajemen untuk melengkapi SAP yang telah ditetapkan oleh Universitas Gunadarma. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membaca, mohon krtik dan saranya.
PEMBAHASAN
Begitu pula definisi yang dikemukakan oleh Robert L. Trewathn dan M. Gene Newport yang dikutip oleh Prof. Winardi, bahwa manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, serta mengawasi aktivitas-aktivitas sesuatu organisasi dalam upaya mencapai suatu koordinasi sumber-sumber daya manusia dan sumber-sumber daya alam dalam hal pencapaian sasaran secara efektif dan efisien.
definisi dari perspektif kolektivitas orang, dari sudut ini manajemen dapat diartikan sebagai kolektivitas orang yang melaksanakan pekerjaan-pekerjaan manajerial. Ini adalah maknaplural dari kata manajemen, sementara makna singular-nya adalah manajer, yaitu seseorang yang diserahi tugas dan tanggung jawab mengelola suatu bidang atau unit tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dan ketiga; pengertian manajemen menurut perspektif sebagai seni dan ilmu.
Selanjutynya Robert L. Trewatha dan M. Gene Newport (Winardi, 1990)
mengemukakan tentang makna pengambilan keputusan, adalah proses memilih
rangkaian/tindakan diantara dua macam alternatif yang ada (atau lebih) guna
mencapai pemecahan atas problema tertentu. Dari defenisi tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengambilan keputusan mencakup suatu evaluasi sebelum adanya
tindakan memilih alternatif yang akan diimplementasikan sebagai reaksi atas suatu
problem tertentu.
PENUTUP
Dari pernyataan di atas disimpulkan bahwa Robert L. Trewatha dan M. Gene Newport mengemukakan bahwa proses manajemen terdiri atas lima proses yaitu merencanakan, mengorganisasikan, menggerakan dan mengawasi segala aktivitas yang dilakukan oleh pelaku ekonomi.
NPM : 14209798
KELAS : 1EA05
Proses Manajemen
Pendahuluan
Proses manajemen didefinisikan sebagai aktivitas-aktivitas:
Perencanaan, formulasi terinci untuk mencapai suatu tujuan akhir tertentu adalah aktivitas manajemen yang disebut perencanaan. Oleh karenanya, perencanaan mensyaratkan penetapan tujuan dan identifikasi metode untuk mencapai tujuan tersebut.
Pengendalian, perencanaan hanyalah setengah dari peretempuran. Setelah suatu rencana dibuat, rencana tersebut harus diimplementasikan, dan manajer serta pekerja harus memonitor pelaksanaannya untuk memastikan rencana tersebut berjalan sebagaimana mestinya. Aktivitas manajerial untuk memonitor pelaksanaan rencana dan melakukan tindakankorektif sesuai kebutuhan, disebut kebutuhan.
Pengambilan Keputusan, proses pemilihan diantara berbagai alternative disebut dengan proses pengambilan keputusan. Fungsi manajerial ini merupakan jalinan antara perencanaan dan pengendalian. Manajer harus memilih diantara beberapa tujuan dan metode untuk melaksanakan tujuan yang dipilih. Hanya satu dari beberapa rencana yang dapat dipilih. Komentar serupa dapat dibuat berkenaan dengan fungsi pengendalian.
Dalam tulisan ini terdapat pendapat dari L. Trewathn dan M. Gene Newport tentang roses-[roses manajemen yaitu proses perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan, serta mengawasi aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam suatu proses manajemen demi tercapainya tujuan yang diharapkan. Tulisan ini merupakan salahsatu tugas yang diberikan oleh Dosen mata kuliah Pengantar Manajemen untuk melengkapi SAP yang telah ditetapkan oleh Universitas Gunadarma. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang membaca, mohon krtik dan saranya.
PEMBAHASAN
Begitu pula definisi yang dikemukakan oleh Robert L. Trewathn dan M. Gene Newport yang dikutip oleh Prof. Winardi, bahwa manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan, serta mengawasi aktivitas-aktivitas sesuatu organisasi dalam upaya mencapai suatu koordinasi sumber-sumber daya manusia dan sumber-sumber daya alam dalam hal pencapaian sasaran secara efektif dan efisien.
definisi dari perspektif kolektivitas orang, dari sudut ini manajemen dapat diartikan sebagai kolektivitas orang yang melaksanakan pekerjaan-pekerjaan manajerial. Ini adalah maknaplural dari kata manajemen, sementara makna singular-nya adalah manajer, yaitu seseorang yang diserahi tugas dan tanggung jawab mengelola suatu bidang atau unit tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dan ketiga; pengertian manajemen menurut perspektif sebagai seni dan ilmu.
Selanjutynya Robert L. Trewatha dan M. Gene Newport (Winardi, 1990)
mengemukakan tentang makna pengambilan keputusan, adalah proses memilih
rangkaian/tindakan diantara dua macam alternatif yang ada (atau lebih) guna
mencapai pemecahan atas problema tertentu. Dari defenisi tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa pengambilan keputusan mencakup suatu evaluasi sebelum adanya
tindakan memilih alternatif yang akan diimplementasikan sebagai reaksi atas suatu
problem tertentu.
PENUTUP
Dari pernyataan di atas disimpulkan bahwa Robert L. Trewatha dan M. Gene Newport mengemukakan bahwa proses manajemen terdiri atas lima proses yaitu merencanakan, mengorganisasikan, menggerakan dan mengawasi segala aktivitas yang dilakukan oleh pelaku ekonomi.
MANAJEMEN-PENGERTIAN ORGANISASI
NAMA : ERI DESTRIA
NPM : 14209798
KELAS : 1EA05
PENDAHULUAN
Organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan direncanakan sebelumnya.
Pengertian atau definisi Perusahaan ialah suatu tempat untuk melakukan kegiatan proses produksi barang atau jasa. Hal ini disebabkan karena ‘ kebutuhan ‘ manusia tidak bisa digunakan secara langsung dan harus melewati sebuah ‘ proses ‘ di suatu tempat, sehingga inti dari perusahaan ialah ‘tempat melakukan proses ‘ sampai bisa langsung digunakan oleh manusia atau para konsumen yang membutuhkan barang atau jasa tersebut.
Artikel di atas merupakan pengertian dari organisasi dan pengertian dari perusahaan, dalam tulisan berikut sedikit penjelasan tentang struktur perusahaan, pengertian manajer Fungsional dan manajer Umum. Dalam tulisan ini juga dijelaskan Job Description dan criteria-kriteria yang dibutuhkan untuk masuk dalam dunia perusahaan. Tulisan ini merupakan bagian dari tugas Pengantar Manajemen. Semoga tulisan berikut ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
NPM : 14209798
KELAS : 1EA05
PENDAHULUAN
Organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan dan direncanakan sebelumnya.
Pengertian atau definisi Perusahaan ialah suatu tempat untuk melakukan kegiatan proses produksi barang atau jasa. Hal ini disebabkan karena ‘ kebutuhan ‘ manusia tidak bisa digunakan secara langsung dan harus melewati sebuah ‘ proses ‘ di suatu tempat, sehingga inti dari perusahaan ialah ‘tempat melakukan proses ‘ sampai bisa langsung digunakan oleh manusia atau para konsumen yang membutuhkan barang atau jasa tersebut.
Artikel di atas merupakan pengertian dari organisasi dan pengertian dari perusahaan, dalam tulisan berikut sedikit penjelasan tentang struktur perusahaan, pengertian manajer Fungsional dan manajer Umum. Dalam tulisan ini juga dijelaskan Job Description dan criteria-kriteria yang dibutuhkan untuk masuk dalam dunia perusahaan. Tulisan ini merupakan bagian dari tugas Pengantar Manajemen. Semoga tulisan berikut ini bisa bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.
Jumat, 04 Juni 2010
tugas soft skill bahasa inggris-sorry not as-eri destria-1ea05-14209798
SORRY NOT AS
Sorry Not As I think on the moon and the stars quietude,How wonderful that night but not as good as my heart when you went and left a painful my heart and now, I do not know where you are when I need you to leave your leave me,moment I need your hand I went from New articles I realized that I wanted to hurt my mother af you say but, I never found you maybe you have a happy life and forget myself I can only ask God's omniscient so that I could meet with you
Sorry Not As I think on the moon and the stars quietude,How wonderful that night but not as good as my heart when you went and left a painful my heart and now, I do not know where you are when I need you to leave your leave me,moment I need your hand I went from New articles I realized that I wanted to hurt my mother af you say but, I never found you maybe you have a happy life and forget myself I can only ask God's omniscient so that I could meet with you
PUISI CINTA
Love
Love is a beautiful Though sometimes painful, but that's what love really means Love To someone who understands the meaning of a love Most people who know love, but do not understand its meaning because of eternal love was true love will never die Love can Do make crazy people And forget everything Because only someone who understands love What love can withstand the bitter sweet taste of love from a lover who does not love possible.
Love is a beautiful Though sometimes painful, but that's what love really means Love To someone who understands the meaning of a love Most people who know love, but do not understand its meaning because of eternal love was true love will never die Love can Do make crazy people And forget everything Because only someone who understands love What love can withstand the bitter sweet taste of love from a lover who does not love possible.
story holiday to bali-eridestria-1ea05-14209798
STORY HOLIDAY TO BALI
Story holiday to Bali at the time of my first school holidays and my family spent a vacation in Bali, we all went to use the plane and spent only 45 minutes to bali.when he got there strive me and my family went straight to the hotel which has been in the message our previous The first family to rest after nightfall travel when tired to take us to a restaurant in the hotel and we welcome the minister and there is also a beautiful dancer typical Balinese dance to greet and entertain the tourists who come in the restaurant. that there are also many foreign tourists from various countries who arrive not some of them are very enthusiastic to see the dancers dance brought by after dinner we went back to the dugout. the next morning we woke up early to watch the sunrise on the beach, when we took a picture together on the beach, as well as with other tourists who also photographed many with me and my sister who is a man trying to learn to surf, but my sister and I always fell in the knowledge that we are not as easy as surfing I also tried imagine there to dive into the sea to see the beauty beneath the sea, I was very impressed and happy to see the beauty beneath the sea directly, because so far I can only see from there television.after day we went back to Jakarta because of the holiday season is going end.that experience vacation My most memorable for me.
Story holiday to Bali at the time of my first school holidays and my family spent a vacation in Bali, we all went to use the plane and spent only 45 minutes to bali.when he got there strive me and my family went straight to the hotel which has been in the message our previous The first family to rest after nightfall travel when tired to take us to a restaurant in the hotel and we welcome the minister and there is also a beautiful dancer typical Balinese dance to greet and entertain the tourists who come in the restaurant. that there are also many foreign tourists from various countries who arrive not some of them are very enthusiastic to see the dancers dance brought by after dinner we went back to the dugout. the next morning we woke up early to watch the sunrise on the beach, when we took a picture together on the beach, as well as with other tourists who also photographed many with me and my sister who is a man trying to learn to surf, but my sister and I always fell in the knowledge that we are not as easy as surfing I also tried imagine there to dive into the sea to see the beauty beneath the sea, I was very impressed and happy to see the beauty beneath the sea directly, because so far I can only see from there television.after day we went back to Jakarta because of the holiday season is going end.that experience vacation My most memorable for me.
Kamis, 03 Juni 2010
manajemen sumberdayamanusia-eridestria-1ea05
Manajemen Sumber Daya Manusia
Tema : pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya
Pendahuluan : setiap ingin mencapai suatu tujuan atau rencana dibutuhkan sumberdaya manusia yang baik dan bermanfaat agar rencana atau tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud dengan baik dan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Isi/pembahasan : sumberdaya manusia yang baik dan berpotensi sangat diperlukan,terutama di saat era globalisasi seperti sekarang ini,peran sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya sangat mendukung setiap ingin melakukan atau mewujudkan suatu tujuan yang telah direncanakan dengan baik.namun semua itu tidak dapat berjalan dengan baik apabila manajemen atau cara mengatur dan mengelolanya kurang baik dan tidak efisien.dengan proses dan perencanaan yang baik serta pemanfaatan sumberdaya dengan cara yang tepat maka semua tujuan dan rencana dapat diwujudkan sesuai dengan apa yang telah di tetapkan sebelum memulai menggerakkan dan memanfaatkan semua sumberdaya itu.
Kesimpulan peranan manajemen serta cara pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya dengan baik akan sangat menentukan dan mendukung untuk mewujudkan semua rencana dan tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi ataupun perusahaan.
Tema : pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya
Pendahuluan : setiap ingin mencapai suatu tujuan atau rencana dibutuhkan sumberdaya manusia yang baik dan bermanfaat agar rencana atau tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud dengan baik dan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan.
Isi/pembahasan : sumberdaya manusia yang baik dan berpotensi sangat diperlukan,terutama di saat era globalisasi seperti sekarang ini,peran sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya sangat mendukung setiap ingin melakukan atau mewujudkan suatu tujuan yang telah direncanakan dengan baik.namun semua itu tidak dapat berjalan dengan baik apabila manajemen atau cara mengatur dan mengelolanya kurang baik dan tidak efisien.dengan proses dan perencanaan yang baik serta pemanfaatan sumberdaya dengan cara yang tepat maka semua tujuan dan rencana dapat diwujudkan sesuai dengan apa yang telah di tetapkan sebelum memulai menggerakkan dan memanfaatkan semua sumberdaya itu.
Kesimpulan peranan manajemen serta cara pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya dengan baik akan sangat menentukan dan mendukung untuk mewujudkan semua rencana dan tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi ataupun perusahaan.
soft skill bahasa inggris-cerita pengalaman
STORY OF MY EXPERIENCE
Story of my experience .... when my first child, I was spoiled by my parents, whatever I ask granted.i am will be very happy to have parents like we.i am remember when I first bought a new bike, my dad taught her how to ride a bike, but I then continued to down because I was not able to balance, nearly every day after work, my dad always taught me to ride a bike until I was finally able to ride a bike with good.beside that I've had the same good friend whose house was next door to me, he was named taufik.he often invite me to play soccer, play a kite and playing around the complex houses a bicycle around i.dulu he never taught me to swim, but I'm very afraid to dive into a swimming pool but thanks to the help he me be brave and confident I can do because he's a good pool. Can I swim after it became a pastime of swimming, probably almost weekly swimming with my friend.its time little really I am very happy because it has a father and a good friend and patient in the orientation of me that I was not able to do as little as possible to do so with look good.such story of my life when I was small.
Story of my experience .... when my first child, I was spoiled by my parents, whatever I ask granted.i am will be very happy to have parents like we.i am remember when I first bought a new bike, my dad taught her how to ride a bike, but I then continued to down because I was not able to balance, nearly every day after work, my dad always taught me to ride a bike until I was finally able to ride a bike with good.beside that I've had the same good friend whose house was next door to me, he was named taufik.he often invite me to play soccer, play a kite and playing around the complex houses a bicycle around i.dulu he never taught me to swim, but I'm very afraid to dive into a swimming pool but thanks to the help he me be brave and confident I can do because he's a good pool. Can I swim after it became a pastime of swimming, probably almost weekly swimming with my friend.its time little really I am very happy because it has a father and a good friend and patient in the orientation of me that I was not able to do as little as possible to do so with look good.such story of my life when I was small.
TUGAS MANAJEMEN-ERI DESTRIA-1EA05-14209798
1. Suatu percobaan Elton mayo yang mampu meningkatkan produktivitas seorang karyawan adalah…(jawaban A)
A.Sikap yang dimiliki karyawan yang merasa atasannya memberikan kesejahteraan baginya
B.upah yang diberikan lebih oleh atasannya
C.fasilitas yang mendukung di dalam perusahaan
D.diberikan kebebasan oleh atasan dalam menjalani pekerjaannya.
2.Pengertian dari konsep Rational Man adalah…(jawaban C)
A.manusia saling membutuhkan dalam menjalani pekerjaannya
B.setiap orang dapat melakukan pekerjaannya dengan baik karena motivasi tertentu
C.manusia rasional hanya dapat di motivasi dengan pemenuhan kebutuhan ekonomis.
D.manusia yang mau bekerja secara professional karena alasan tertentu
3.pengaruh terbesar yang lebih informal yang mempengaruhi produktivitas adalah…(jawaban A)
A.pengaruh kehidupan lingkungan social dalam kelompok
B.diberikan kesejahteraan lebih dalam setiap hasil kerjanya
C.atasan memberi perhatian lebih pada karyawannya
D.timbul kemauan dalam diri sendiri yang besar
4. social man adalah konsep yang memenuhi kebutuhan social melalui…(jawaban B)
A.lingkungan social
B.hubungan kerja
C.material
D.hubungan antar kelompok
5.konsep rational man yang didorong semata-mata oleh kebutuhan ekonomis pribadi terkenal dengan julukan…(jawaban A)
A.rational economics man
B.motivation economics
C.social economics man
D.human economics
6.faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi produktivitas karyawan adalah…(jawaban A)
A.tingkat gaji,menarik tidaknya pekerjaan,hubungan karyawan manajemen
B.lingkungan yang nyaman,dan tunjangan yang cukup
C.mendapatkan perhatian khusus dari atasannya
D.keadaan lingkungan social yang baik
7.suatu gejala menurut Elton Mayo yang mengatakan karyawan lebih giat dalam bekerja jika mereka yakin bahwa manajemen memikirkan kesejahteraan adalah…(jawaban C)
A.social effect
B.economics effect
C.howthorne effect
D.motivation effect
8.dibawah ini merupakan konsep yang dibuat oleh Elton Mayo yang mempengaruhi produktivitas,kecuali..(jawaban D)
A.rational man
B.social man
C.rational economics man
D.human economics
9.faktor lain yang mendorong prestasi kerja selain factor social adalah..(jawaban A)
A.faktor ekonomi(gaji),kemampuan kerja,dan struktur organisasi
B.kesejahteraan dan pengangkatan jabatan
C.pemberian tunjangan yang diberikan
D.tempat kerja yang nyaman dan terjamin
10.masa manajemen modern berkembang melalui 2 jalur yang berbeda yaitu..(jawaban A)
A.perilaku organisasi dan aliran kuantitatif
B.struktur organisasi dan pelatihan
C.struktur manajemen dan organisasi
D.kondisi social organisasi dan aliran kuantitatif
A.Sikap yang dimiliki karyawan yang merasa atasannya memberikan kesejahteraan baginya
B.upah yang diberikan lebih oleh atasannya
C.fasilitas yang mendukung di dalam perusahaan
D.diberikan kebebasan oleh atasan dalam menjalani pekerjaannya.
2.Pengertian dari konsep Rational Man adalah…(jawaban C)
A.manusia saling membutuhkan dalam menjalani pekerjaannya
B.setiap orang dapat melakukan pekerjaannya dengan baik karena motivasi tertentu
C.manusia rasional hanya dapat di motivasi dengan pemenuhan kebutuhan ekonomis.
D.manusia yang mau bekerja secara professional karena alasan tertentu
3.pengaruh terbesar yang lebih informal yang mempengaruhi produktivitas adalah…(jawaban A)
A.pengaruh kehidupan lingkungan social dalam kelompok
B.diberikan kesejahteraan lebih dalam setiap hasil kerjanya
C.atasan memberi perhatian lebih pada karyawannya
D.timbul kemauan dalam diri sendiri yang besar
4. social man adalah konsep yang memenuhi kebutuhan social melalui…(jawaban B)
A.lingkungan social
B.hubungan kerja
C.material
D.hubungan antar kelompok
5.konsep rational man yang didorong semata-mata oleh kebutuhan ekonomis pribadi terkenal dengan julukan…(jawaban A)
A.rational economics man
B.motivation economics
C.social economics man
D.human economics
6.faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi produktivitas karyawan adalah…(jawaban A)
A.tingkat gaji,menarik tidaknya pekerjaan,hubungan karyawan manajemen
B.lingkungan yang nyaman,dan tunjangan yang cukup
C.mendapatkan perhatian khusus dari atasannya
D.keadaan lingkungan social yang baik
7.suatu gejala menurut Elton Mayo yang mengatakan karyawan lebih giat dalam bekerja jika mereka yakin bahwa manajemen memikirkan kesejahteraan adalah…(jawaban C)
A.social effect
B.economics effect
C.howthorne effect
D.motivation effect
8.dibawah ini merupakan konsep yang dibuat oleh Elton Mayo yang mempengaruhi produktivitas,kecuali..(jawaban D)
A.rational man
B.social man
C.rational economics man
D.human economics
9.faktor lain yang mendorong prestasi kerja selain factor social adalah..(jawaban A)
A.faktor ekonomi(gaji),kemampuan kerja,dan struktur organisasi
B.kesejahteraan dan pengangkatan jabatan
C.pemberian tunjangan yang diberikan
D.tempat kerja yang nyaman dan terjamin
10.masa manajemen modern berkembang melalui 2 jalur yang berbeda yaitu..(jawaban A)
A.perilaku organisasi dan aliran kuantitatif
B.struktur organisasi dan pelatihan
C.struktur manajemen dan organisasi
D.kondisi social organisasi dan aliran kuantitatif
TUGAS MANAJEMEN 3-ERI DESTRIA-1EA05-14209798
MANDALA AIRLINES
1.PENDAHULUAN
Mandala airlines merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang jasa penerbangan yang ada di indonesia sejak tahun 1969 yang dulunya di miliki oleh Kostrad dan menjadi maskapai Indonesia yang terbaik pada tahun 1990.
2.ISI
Mandala Airlines mulai beroperasi di tanah air pada tahun 1969 ketika Indonesia sedang menata ulang sektor ekonomi yang baru saja ambruk akibat masalah ekonomi dan politik. Mandala, yang dulunya dimiliki oleh Kesatuan Militer (Kostrad), pada tahun 1990 dikenal sebagai maskapai Indonesia terbaik dan memimpin pasar di industri penerbangan.
Setelah adanya deregulasi di industri penerbangan pada tahun 2002, Mandala sebagai maskapai warisan, lamban dalam merespon lingkungan yang baru dan tidak dapat berkompetisi dengan maskapai-maskapai baru.
Walaupun adanya perubahan pasar, pada tahun 2002 Mandala Airlines memenangkan The Most Potential Brand in Airlines Service untuk INDONESIA BEST BRAND AWARD. Maskapai ini kemudian dijual kepada Cardig International (51%) dan Indigo Partners (49%). Kedua investor tersebut melihat adanya potensi pasar yang besar di Indonesia dan membutuhkan sebuah maskapai generasi modern yang dikelola dengan baik.
1. Cardig International memfokuskan bisnisnya pada industri aviasi seperti pelayanan bandara, solusi logistik terintegrasi, in-flight catering, maskapai kargo, pengiriman barang internasional, maskapai penumpang dan saat ini memiliki investasi di 10 perusahaan.
Perusahaan inti yang mendukung sektor aviasi Indonesia adalah JAS Airport Services (yang bekerja sama dengan Singapore Airport Terminal Services - SATS) dan JAS Aero Engineering (yang bekerja sama dengan Singapore Airlines Engineering Company - SIAEC).
2. Indigo Partners, perusahaan yang berinvestasi di sektor penerbangan dan transportasi dan memiliki saham di sejumlah maskapai seperti Spirit Airlines (USA), Wizz (Europe), Tiger (Singapore), Abnanova Airlines (Russia) dan, Mandala Airlines (Indonesia).
Akuisisi Mandala oleh sejumlah investor menandai perubahan yang signifikan yang diawali dengan perubahan brand maskapai ini melalui penambahan dua Airbus A320 di awal peremajaan armadanya.
Pada tahun 2007, tim manajemen internasional diberi mandat untuk mentransformasi maskapai ini secara agresif menjadi perusahaan generasi modern yang efisien, aman dan dapat diandalkan untuk memberikan nilai tambah kepada pelanggan. Tujuan strategisnya adalah untuk menjadikan Mandala Airlines sebagai maskapai terdepan baik di Indonesia maupun regional.
Mandala saat ini mengoperasikan jeringan ekstensif di seluruh Indonesia dengan menggunakan satu jenis pesawat modern yaitu Airbus A320 dan A319. Dengan pemesana 30 pesawat, Mandala akan tumbuh dengan rata-rata 25% per tahun. Didukung oleh karyawan yang berpengalaman dan profesional dan visi yang jelas serta komitmen dari pemegang saham dan manajemen, Mandala Airlines diposisikan siap untuk menjadi rujukan baru bagi keselamatan penerbangan dan pelayanan konsumen di Indonesia.
Mandala merupakan maskapai yang sangat mementingkan layanan pada konsumen yang memberikan ketepatan waktu, layanan yang dapat diandalkan dengan harga yang terjangkau baik untuk perusahaan maupun masyarakat secara umum.
Pesawat Airbus A320 dipilih karena:
1. Fleksibilitas performanya.
2. Ruang kabin yang luas dan jarak yang panjang.
3. Lebih nyaman bagi penumpang.
4. Bahan bakar yang lebih efisien.
5. Teknologi tercanggih.
3.KESIMPULAN
Mandala sempat menjadi maskapai terbaik dan memimpin pasar penerbangan pada tahun 1990 saat masih menjadi milik kostrad,namun sangat disayangkan pada tahun 2002 stelah adanya deregulasi pasar penerbangan mandala mengalami penurunan dan tidak dapat bersaing dengan maskapai-maskapai baru lainnya.
1.PENDAHULUAN
Mandala airlines merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang jasa penerbangan yang ada di indonesia sejak tahun 1969 yang dulunya di miliki oleh Kostrad dan menjadi maskapai Indonesia yang terbaik pada tahun 1990.
2.ISI
Mandala Airlines mulai beroperasi di tanah air pada tahun 1969 ketika Indonesia sedang menata ulang sektor ekonomi yang baru saja ambruk akibat masalah ekonomi dan politik. Mandala, yang dulunya dimiliki oleh Kesatuan Militer (Kostrad), pada tahun 1990 dikenal sebagai maskapai Indonesia terbaik dan memimpin pasar di industri penerbangan.
Setelah adanya deregulasi di industri penerbangan pada tahun 2002, Mandala sebagai maskapai warisan, lamban dalam merespon lingkungan yang baru dan tidak dapat berkompetisi dengan maskapai-maskapai baru.
Walaupun adanya perubahan pasar, pada tahun 2002 Mandala Airlines memenangkan The Most Potential Brand in Airlines Service untuk INDONESIA BEST BRAND AWARD. Maskapai ini kemudian dijual kepada Cardig International (51%) dan Indigo Partners (49%). Kedua investor tersebut melihat adanya potensi pasar yang besar di Indonesia dan membutuhkan sebuah maskapai generasi modern yang dikelola dengan baik.
1. Cardig International memfokuskan bisnisnya pada industri aviasi seperti pelayanan bandara, solusi logistik terintegrasi, in-flight catering, maskapai kargo, pengiriman barang internasional, maskapai penumpang dan saat ini memiliki investasi di 10 perusahaan.
Perusahaan inti yang mendukung sektor aviasi Indonesia adalah JAS Airport Services (yang bekerja sama dengan Singapore Airport Terminal Services - SATS) dan JAS Aero Engineering (yang bekerja sama dengan Singapore Airlines Engineering Company - SIAEC).
2. Indigo Partners, perusahaan yang berinvestasi di sektor penerbangan dan transportasi dan memiliki saham di sejumlah maskapai seperti Spirit Airlines (USA), Wizz (Europe), Tiger (Singapore), Abnanova Airlines (Russia) dan, Mandala Airlines (Indonesia).
Akuisisi Mandala oleh sejumlah investor menandai perubahan yang signifikan yang diawali dengan perubahan brand maskapai ini melalui penambahan dua Airbus A320 di awal peremajaan armadanya.
Pada tahun 2007, tim manajemen internasional diberi mandat untuk mentransformasi maskapai ini secara agresif menjadi perusahaan generasi modern yang efisien, aman dan dapat diandalkan untuk memberikan nilai tambah kepada pelanggan. Tujuan strategisnya adalah untuk menjadikan Mandala Airlines sebagai maskapai terdepan baik di Indonesia maupun regional.
Mandala saat ini mengoperasikan jeringan ekstensif di seluruh Indonesia dengan menggunakan satu jenis pesawat modern yaitu Airbus A320 dan A319. Dengan pemesana 30 pesawat, Mandala akan tumbuh dengan rata-rata 25% per tahun. Didukung oleh karyawan yang berpengalaman dan profesional dan visi yang jelas serta komitmen dari pemegang saham dan manajemen, Mandala Airlines diposisikan siap untuk menjadi rujukan baru bagi keselamatan penerbangan dan pelayanan konsumen di Indonesia.
Mandala merupakan maskapai yang sangat mementingkan layanan pada konsumen yang memberikan ketepatan waktu, layanan yang dapat diandalkan dengan harga yang terjangkau baik untuk perusahaan maupun masyarakat secara umum.
Pesawat Airbus A320 dipilih karena:
1. Fleksibilitas performanya.
2. Ruang kabin yang luas dan jarak yang panjang.
3. Lebih nyaman bagi penumpang.
4. Bahan bakar yang lebih efisien.
5. Teknologi tercanggih.
3.KESIMPULAN
Mandala sempat menjadi maskapai terbaik dan memimpin pasar penerbangan pada tahun 1990 saat masih menjadi milik kostrad,namun sangat disayangkan pada tahun 2002 stelah adanya deregulasi pasar penerbangan mandala mengalami penurunan dan tidak dapat bersaing dengan maskapai-maskapai baru lainnya.
TUGAS MANAJEMEN SEBAGAI FUNGSI-ERI DESTRIA-1EA05-14209798
Manajemen Sebagai Fungsi
Tema : Manajemen sebagai fungsi dalam kehidupan sehari-hari
Pendahuluan : Setiap kegiatan yang akan dilakukan oleh setiap orang,perusahaan,ataupun organisasi pasti memiliki atau mengawali kegiatannya dengan manajemen untuk menentukan dan mencapai setiap tujuan yang ingin dicapai oleh masing-masing orang ataupun perusahaan yang memiliki tujuan dengan cara mengatur,mengelola tiap rencana yang akan dicapai.dan system manajemen yang baik dan sesuai sangat mempengaruhi setiap kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuannya masing-masing.
Isi/pembahasan : manajemen merupakan suatu alat atau proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan seperti perencanaan,pengorganisasian,penggerakan dan pengendalian untuk mengatur dan mengelola setiap rancangan atau susunan kegiatan.contoh umum fungsi manajemen dalam kehidupan sehari-hari adalah ibu rumah tangga yang setiap hari harus mengatur waktunnya untuk mengatur segala keperluan rumah tangganya seperti mengurus anak dan suaminya.seorang ibu memikirkan untuk menjadi seorang ibu yang baik dengan pandai mengurus semua kebutuhan rumah tangga.contoh lainnya adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa atau perdagangan.pemimpin perusahaan tersebut mesti memikirkan segala cara dan upaya mengatur strategi agar dapat memenuhi segala kebutuhan konsumen dengan baik agar perusahaan tersebut mendapatkan untung/laba.
Kesimpulan : manajemen dapat digunakan untuk melakukan setiap rencana atau rangkaian kegiatan tiap orang atau perusahan untuk mencapai semua tujuan masing-masing dan memperolehnya dengan baik apabila system manajemen yang digunakannya benar dan sesuai dengan yang diharapkan.namun apabila system manajemen yang digunakan tidak sesuai atau tidak benar maka tidak akan mungkin bisa mencapai tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan baik.
Tema : Manajemen sebagai fungsi dalam kehidupan sehari-hari
Pendahuluan : Setiap kegiatan yang akan dilakukan oleh setiap orang,perusahaan,ataupun organisasi pasti memiliki atau mengawali kegiatannya dengan manajemen untuk menentukan dan mencapai setiap tujuan yang ingin dicapai oleh masing-masing orang ataupun perusahaan yang memiliki tujuan dengan cara mengatur,mengelola tiap rencana yang akan dicapai.dan system manajemen yang baik dan sesuai sangat mempengaruhi setiap kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuannya masing-masing.
Isi/pembahasan : manajemen merupakan suatu alat atau proses yang terdiri dari rangkaian kegiatan seperti perencanaan,pengorganisasian,penggerakan dan pengendalian untuk mengatur dan mengelola setiap rancangan atau susunan kegiatan.contoh umum fungsi manajemen dalam kehidupan sehari-hari adalah ibu rumah tangga yang setiap hari harus mengatur waktunnya untuk mengatur segala keperluan rumah tangganya seperti mengurus anak dan suaminya.seorang ibu memikirkan untuk menjadi seorang ibu yang baik dengan pandai mengurus semua kebutuhan rumah tangga.contoh lainnya adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa atau perdagangan.pemimpin perusahaan tersebut mesti memikirkan segala cara dan upaya mengatur strategi agar dapat memenuhi segala kebutuhan konsumen dengan baik agar perusahaan tersebut mendapatkan untung/laba.
Kesimpulan : manajemen dapat digunakan untuk melakukan setiap rencana atau rangkaian kegiatan tiap orang atau perusahan untuk mencapai semua tujuan masing-masing dan memperolehnya dengan baik apabila system manajemen yang digunakannya benar dan sesuai dengan yang diharapkan.namun apabila system manajemen yang digunakan tidak sesuai atau tidak benar maka tidak akan mungkin bisa mencapai tujuan yang diharapkan dapat tercapai dengan baik.
Selasa, 01 Juni 2010
tugas soft skill b.inggris hobi-ERI DESTRIA-1EA05-14209798
HOBBY
My hobby is watching movies, especially movies I prefer action abroad, one of my favorite character is Stephen chow, andi law, Jacky Chan, Steven Seagal and other characters that I gemari.yang makes me love them with their acting from a very appealing, but the films in Indonesia is also not less interesting to foreign films, one of which is this movie trying to stop I was quite impressed with the acting of actor.i am used to go to the movies or sometimes through a VCD with my or my own friends who are watching while eating food or drinking coca-cola.because often watch action movies inspired me to follow the movements of my favorite actors that I often see on the screen because my hobby.however who liked this movie, I spent each month can be improved and sometimes Sometimes I often run out of money because all too often watch movies in theaters, and therefore I am The parents often scolded me for being too extravagant in the use of money, despite that I still often do.
My hobby is watching movies, especially movies I prefer action abroad, one of my favorite character is Stephen chow, andi law, Jacky Chan, Steven Seagal and other characters that I gemari.yang makes me love them with their acting from a very appealing, but the films in Indonesia is also not less interesting to foreign films, one of which is this movie trying to stop I was quite impressed with the acting of actor.i am used to go to the movies or sometimes through a VCD with my or my own friends who are watching while eating food or drinking coca-cola.because often watch action movies inspired me to follow the movements of my favorite actors that I often see on the screen because my hobby.however who liked this movie, I spent each month can be improved and sometimes Sometimes I often run out of money because all too often watch movies in theaters, and therefore I am The parents often scolded me for being too extravagant in the use of money, despite that I still often do.
Selasa, 20 April 2010
TUGAS SOFT SKILL BAHASA INGGRIS-SINOPSIS
Name : Eri Destria
Class : 1EA05
NPM : 14209798
SINOPSIS
How to introduce My self. My name ERI DESTRIA, I’m 19 years old, I live in pondokcina depok,I have one sister and one brother.i always love my family...
I am study at Gunadarma University.I take a economic faculty. My senior high scholl at SMA KARTIKASARI 81 JAGAKARSA SOUTH JAKARTA . I like holiday in puncak Bogor every Sunday.
My hobby’s playing Music,watching cinemas and jogging in the morning. I’m like music,only music from D’Masive and pee wee gaskins.i always singing they song.
Class : 1EA05
NPM : 14209798
SINOPSIS
How to introduce My self. My name ERI DESTRIA, I’m 19 years old, I live in pondokcina depok,I have one sister and one brother.i always love my family...
I am study at Gunadarma University.I take a economic faculty. My senior high scholl at SMA KARTIKASARI 81 JAGAKARSA SOUTH JAKARTA . I like holiday in puncak Bogor every Sunday.
My hobby’s playing Music,watching cinemas and jogging in the morning. I’m like music,only music from D’Masive and pee wee gaskins.i always singing they song.
Langganan:
Postingan (Atom)